Riau, Lensa Nusantara – Salah satu Putra Kuantan Singingi, Riau Syech Angku Angin Muhammad Hadi adalah sosok Ulama santun, sabar dan banyak di anugrahi karomah, penyebar agama Islam di Kuansing pada tahun 1800 -1900.
Ulama yang terlihat sederhana ini sebelum pulang kampung halaman di Sei Ala , Kuansing, belajar dari puluhan Ulama di beberapa negara hingga bermukim di Arab Saudi selama puluhan tahun dan setelah mumpuni dibidang ilmunya baru beranjak ke Riau.
” Datuk kami sangat lancar bahasa Arab dan mengusaai sejumlah kitap dan dijuluki salah satu Mukti Indragiri di Mekkah,” kata salah satu cucu Syech Angku Muhammad Hadi, IR Nariman Hadi MMA di Kota Teluk Kuantan, Sabtu.
Dosen di salah satu Universitas di Riau ini mengatakan, Syech Angku Muhammad Hadi semasa hidup berdakwah dan mengembangkan agama Islam di sejumlah tempat hingga mendirikan surau tua sampai saat ini masih berdiri kokoh.
Sebagai pendukung dalam mengajar murid – muridnya, ratusan buku Tauhid, Fiqih, Tasauf dan lainnya di bawa dari Mekkah Madinah menjadi pegangan sehari hari.
” Hingga saat ini buku – buku langka itu masih tersimpan rapi,” Ujarnya menunjukan lemari buku peninggalan Syech.
Rata – rata buku dalam bahasa arab, sedikit berbahasa Arab Melayu, pada masa awal tahun 1900 dalam menyebarkan dan mengenalkan agama itu masih sangat sulit hingga perlu kesabaran dan perjuangan keras.
Berkaitan dengan karomah yang di berikan dititipkan oleh Allah SWT kepada Syech Angku Angin Muhammad Hadi sangat banyak, ,” Tapi dalam hal ini tak enak disebutkan, ujar Nariman sambilan menutup kelebihan sosok ulama ini.
Hingga setakat ini banyak yang datang berziarah kemakam Syech Angku Angin Muhamamd Hadi di Sei Ala, Kuantan Singingi, Riau.
Salah satu murid Syech Angku Angin Muhamamd Hadi, TM (75) menyebutkan, perjuangan ulama ini perlu di apresiasi tinggi, dengan kesabarannya mengajarkan agama Islam, hingga ke sejumlah tempat.
” Angku Angin pangilannya, bukan tidak diuji oleh banyak orang, baik secara ilmu kebatinan, agama, tapi Alhamdulillah semua aman,” ujarnya.
Pada tahun 1800 – 1900 itu adalah masa masa yang sulit, masyarakat masih banyak yang percaya kepada roh, batu, dewa atau anismisme, ajaran kepercayaan, jadi merobah pola hidup dan keyakinan butuh kesabaran dan keuletan.
” Alhamdulillah, semua berjalan lancar, hingga saat ini jasa Syech Angku Angin Muhamamd Hadi dikenang masyarakat,” tutupnya.
Ia juga mengajak agar Makam Syech Angku Angin Muhammad Hadi bisa dijadikan salah satu objek wisata religi, namun perlu pemugaran dari instansi terkait. (Asri).