Banjarnegara, LENSANUSANTARA.CO.ID – Musim kemarau panjang mulai dirasakan masyarakat beberapa daerah di Kabupaten Banjarnegara. Kebutuhan air bersih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi dan memasak kini mulai berkurang. Dampak kekeringan tersebut juga dirasakan salah satu sekolah yang berada di atas puncak Desa Kalitengah.
Saat lensanusantara.co.id mendatangi langsung Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Purwanegara, selain banyaknya tembok yang terlihat sudah retak, sekolahan yang mempunyai murid sekitar 160 siswa tersebut, ternyata s dang mengalami krisis akan air bersih setiap kemarau datang.
Sehingga demi memenuhi kebutuhan fasilitas untuk kamar mandi, wudhu, para guru rela merogoh kantong pribadinya untuk iuran membeli air bersih hingga ke luar Desa Kalitengah agar bisa mencukupi salah satu kebutuhan pokok tersebut.
“Ya gimana lagi mas, ini sudah dua kali kita iuran beli air, harga kemarin kalau tidak salah Rp 125 ribu untuk 1.000 liter ke Desa Merden. Itupun hanya bertahan tidak sampai tiga hari habis, karena selama ini kan kita pakai air dangkal, jadi ya nunggu air hujan,” ungkap Kepala Sekolah SMPN 4 Purwanegara Dwi Kurniasih, saat ditemui di kantornya, Selasa, (30/7/2024).
Dwi Kurniasih juga menceritakan, tahun lalu siswa juga dihimbau agar setiap berangkat membawa air bersih.
“Tahun lalu malah kita menyuruh siswa membawa air dari rumah satu botol Aqua, ya gimana lagi karena memang keadaan begitu, dan untuk tahun ini saya sudah sampaikan ke Dinas, bahwa sekolahan kami sangat membutuhkan air, tapi belum ditindaklanjuti,” jelas Dwi, yang baru 4 tahun menjabat Kepsek tersebut.
Penderitaan para guru maupun siswa SMPN 4 Purwanegara tidak sampai disitu, akses jalan yang masuk ke lokasi juga terlihat masih tanah urug, sehingga hal tersebut juga menjadi salah satu problem yang memang harus diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara.
“Kalau jalan dulu sudah kita tiga kali urug, juga pernah dibantu Pemerintah Desa juga, tapi ya kembali kayak gitu, kalau disini kan itu disebut jalan kapiran, ya mau gimana lagi, memang itu adanya,” tambah Dwi.
Melihat kondisi sekolahan SMPN 4 Purwanegara yag memperihatinkan, tentu ini sebagai catatan khusus bagi Dinas Pendidikan Banjarnagara, karena disaat mampu membangun 17 sekolahan tingkat SDN maupun SMPN dengan anggaran puluhan miliar yang saat ini sedang berjalan, ternyata masih ada sekolahan belum mendapatkan fasilitas yang mumpuni demi kenyamanan pengajar dan siswa untuk belajar. (Gunawan)