Bondowoso, LENSANUSANTARA.CO.ID – Dwi Angga Septianingrum, S.Pd, M.Pd, seorang pendidik sekaligus peneliti budaya, kini sedang giat memperkenalkan dan mendokumentasikan kearifan lokal di Bondowoso. Dengan antusiasme yang tinggi, ia melibatkan para pelajar dalam misinya untuk turut serta menjaga warisan budaya yang hampir terlupakan di tengah arus modernisasi.
Minat Dwi Angga terhadap kajian budaya lokal tidak datang tiba-tiba. Ia telah lama menyadari bahwa banyak nilai-nilai luhur dari tradisi lokal yang mulai tergerus oleh perkembangan zaman. Hal ini memicunya untuk melakukan aksi nyata dalam mempertahankan budaya lokal, khususnya di kalangan pelajar Bondowoso.
Sebagai seorang pendidik, Dwi Angga merasa bahwa peran sekolah tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga harus menanamkan kecintaan pada budaya daerah. Bahkan sampai pada pamahaman atas nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya.
Saat melibatkan pelajar, Dwi Angga tidak hanya berfokus pada kajian teori tentang kebudayaan, tetapi juga memberikan kesempatan bagi mereka untuk berpartisipasi aktif. “Saya ingin para pelajar tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga merasakan langsung kebudayaan mereka,” ujarnya.
Salah satu program yang ia kembangkan adalah pelatihan penulisan karya ilmiah penelitian dengan teman kajian budaya.
Dwi Angga percaya bahwa pengalaman langsung adalah cara terbaik untuk menumbuhkan rasa cinta pada budaya. Oleh karena itu, ia menyusun berbagai kegiatan interaksi langsung dengan pelaku budaya, apresiasi atas pementasan, lokakarya pengarsipan budaya lokal, hingga eksplorasi situs-situs budaya di Bondowoso.
Meski misinya sangat mulia, Dwi Angga tidak lepas dari berbagai tantangan. Salah satunya adalah kurangnya dukungan dari sebagian masyarakat yang menganggap budaya lokal sudah kuno dan tidak relevan dengan zaman sekarang. Namun, ia tetap optimis bahwa dengan pendekatan yang tepat, generasi muda akan semakin tertarik untuk menjaga kearifan lokal.
Terbaru, Dwi Angga terlibat aktif sebagai narasumber dalam kegiatan workshop penulisan kreatif kearifan lokal Bondowoso yang diadakan SMPN 1 Curahdami, Bondowoso. Dalam pelatihan ini tercipta karya-karya kreatif siswa dalam upaya bersumbangsih dalam upaya pelestarian budaya lokal.
“Saya berharap, lewat program ini, para pelajar Bondowoso dapat menjadi agen perubahan yang tidak hanya berpendidikan tinggi, tetapi juga memiliki kesadaran budaya yang kuat,” tuturnya.
Dwi Angga juga berencana memperluas program ini ke sekolah-sekolah lain, dengan harapan semakin banyak pelajar yang terlibat dalam upaya penulisan, pendokumentasi, dan pengkajian budaya.
“Saya sepakat dengan pernyataan Kepala SMPN 1 Curahdami saat membuka acara pelatihan menulis kreatif kearifan budaya lokal. Pak Mohammad Hairul menyampaikan bahwa di era globalisasi saat ini perlu juga ada upaya glokalisasi. Yaitu menjual keunikal lokal di kancah global,” ungkap Dwi Angga.
Melalui beberapa upaya konkret yang sedang ditekuni oleh Dwi Angga, terlihat bahwa misi untuk melestarikan kearifan budaya lokal bukanlah sesuatu yang mustahil. Dengan melibatkan pelajar sebagai garda depan, ia optimis bahwa Bondowoso akan terus menjadi wilayah yang kaya akan tradisi, serta mampu menjaga identitas budayanya di tengah perubahan zaman.