Pariwisata

Mengenal Batu Lawang di Bondowoso, Peninggalan Nenek Moyang untuk Memantau Musim Tanam

94
×

Mengenal Batu Lawang di Bondowoso, Peninggalan Nenek Moyang untuk Memantau Musim Tanam

Sebarkan artikel ini
Batu Lawang
Penampakan Batu Lawang di Desa Banyuputih, Kecamatan Wringin Bondowoso. (Dok. Jurnalis)

Bondowoso, LENSANUSANTARA.CO.ID – Bondowoso dikenal dengan salah satu wilayah yang memiliki peninggalan prasejarah, zaman Megalithikum. Salah satu peninggalan yang kini menjadi buah bibir yakni Batu Lawang.

Sebuah batu, yang dulu dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk menjadi penentu pertanian. Karena, dipercaya bisa memantau musim tanam.

Example 300x600

Batu Lawang masuk dalam wilayah situs Banyuputih, di Desa Banyuputih, Kecamatan Wringin. Situs  terbilang menarik, karena posisinya berada di kawasan dengan pemandangan hamparan lautan dan pegunungan.

BACA JUGA :
MTsN Bondowoso 2 Borong Piala Bupati Pada Peringatan Hari Santri Nasional

Batu Lawang memiliki panjang 7,2 meter, lebar 5 meter, dan tinggi 7,5 meter. Lokasinya berada di ketinggian 300 meter di atas permukaan air laut. 

Batu Lawang yang juga dikenal dengan sebutan lain Batu Eppian- bahasa Madura yang artinya tempat menyepi atau bersemedi.  Dikutip dari Times Indonesia, Juru pelihara (Jupel) Situs Batu Lawang, Abdul Wafi mengatakan, batu tersebut dijadikan sebagai lokasi menyepi atau semedi oleh pembabat atau sesepuh desa. Yakni KH Abdullah dan KH Abdul Azis. 

BACA JUGA :
Yonif Raider 514 Divif 2 Kostrad Melaksanakan PPKT Dalam Rangka LATANCAB TA 2020

Di tahun 1990, bahkan Batu Lawang ini dilestarikan dan dipelihara oleh masyarakat sekitar. Pada masa itu, masyarakat hakan kerap menggelar ritual dan tirakat. Saat ini, aktivitas itu sudah jarang dilakukan, karena kini Batu Lawang sudah banyak dikunjungi warga untuk menikmati keindahan alam melalui ketinggian.

Tetapi sejak banyak masyarakat yang tahu Batu Lawang melalui media sosial. Kunjungan terus meningkat bahkan dari luar kota. Termasuk anak-anak ramai bermain di sana saat siang hari.

BACA JUGA :
Kabag Perekonomian Bondowoso Dapat Kucuran Anggaran DBHCHT Tahun 2024

Namun begitu, masyarakat masih sering menggelar Isthigisah di Batu Lawang setiap bulan. Tepatnya di malam tanggal belasan Hirjriah.

Di sisi lain, Batu Lawang tersebut hingga saat ini masih dipercaya menjadi penanda datangnya musim kemarau. 

Tandanya adalah, apabila telah memasuki musim kemarau maka terbitnya matahari akan terlihat tepat di lawang batu atau tengah batu tersebut. 

error: Content is protected !!