Bondowoso, LENSANUSANTARA.CO.ID – Selain kopi dan tape, kabupaten Bondowoso Jawa Timur juga memiliki produk unggulan yang menjadi oleh-oleh saat berkunjung ke sini, yakni berupa batik.
Uniknya, batik asal Bondowoso ini memiliki banyak motif yang terinspirasi dari kekayaan alam di Bumi Ki Ronggo.
Diantaranya adalah motif kopi, motif daun kopi, motif daun singkong, motif gerbong maut hingga motif blue fire Kawah Ijen.
Ada banyak sanggar batik di Kabupaten Bondowoso yang menghasilkan produk berkualitas, seperti Dawea Batik, Ijen Batik Kecamatan Tamanan dan beberapa sanggar batik lainnya.
Batik merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia adalah batik. Sebagai warisan budaya, batik telah dikenal lama di berbagai daerah di Nusantara.
Tidak hanya tumbuh dan berkembang di tanah Jawa, beberapa arkeolog dan sejarawan mempercayai bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua.
Kekayaan budaya ini pun dipertahankan hingga kini. Bahkan di setiap daerah punya batik khas masing-masing. Seperti di Bondowoso yang dikenal dengan motif Kopi, Blue Fire dan Daun Singkong.
Andrianto, pemilik dan sekaligus desainer Ijen Batik mengatakan, bahwa ia tak hanya mengandalkan kualitas pencantingan saja. Tapi juga desain dari batik itu sendiri.
Sementara yang membuat batik mahal juga karena desainnya apalagi dibuat eksklusif.
Menurutnya, bukan perkara mudah menerjemahkan keinginan konsumen ke dalam sebuah desain batik.
“Jadi kalau konsumen minta batik tertentu, kita terjemahkan ke dalam batiknya. Tidak semua pembatik bisa menerjemahkan permintaan konsumen,” paparnya.
Menurutnya, hasil desain di awal menggagas Ijen Batik langsung diminati oleh Bawaslu pusat. Kemudian mendapat pesanan dari Bawaslu Pusat. “Kita garap. Batiknya itu yang dijadikan seragam pas waktu pemilihan presiden Tahun 2019 lalu,” jelasnya.
Tak hanya pejabat, artis ibu kota sekaligus musisi ternama, Anang Hermansyah, juga tertarik dan pernah memesan buah karyanya.
“Kalau Anang sudah dua kali. Dulu pas ke Jember kita bawain selendang. Kemudian yang terakhir baju persenan khusus dan limited edition. Karena punya manajemen Anang Hijau, jadi batiknya kita buat yang hijau,” terangnya.
Senentara untuk artis memang tidak terlalu sering. Namun memang sebagian memesan untuk dipakai sendiri, dan pesannya pun yang limited edition.
“Memang ada beberapa yang tidak boleh dipublikasikan sih yang pesan, ada artis dan menteri juga,” akunya.
Dijelaskannya juga, bahwa Ijen Batik digagas sejak Juli 2017 lalu. Awalnya digagas oleh tiga orang, dirinya dan dua teman kelasnya, yang sama-sama lulusan SMK Tamanan.
“Awalnya kami bekerja di bawah naungan sekolah. Produksi milik sekolah. Setelah kita merasa mampu untuk mendirikan sendiri, jadi kita patungan untuk mendirikan Ijen Batik,” jelasnya.
Pertama kali didirikan langsung merekrut lima karyawan. Justru yang direkrut bukan lulusan SMK, tapi ibu rumah tangga di sekitar. Ia ajari membatik dari nol. Semacam pemberdayaan.
“Waktu itu belum tersentuh bantuan pemerintah. Betul-betul mandiri melatih mereka untuk membuat batik. Akhirnya mereka bisa. Untuk saat ini, karyawan sudah ada 30 orang,” jelasnya.
Sementara motif yang paling diminati kata dia, adalah Blue Fire. Diambil dari situs geologi Blue Fire di Kawah Ijen. Selain itu juga motif Kopi dan Daun Singkong. Bahkan untuk tiga motif itu, sudah dipatenkan motifnya oleh Ijen Batik.
“Kita sudah punya hak paten untuk motif Blue Fire Kopi Kong. Jadi perpaduan Blue Fire, Kopi dan Singkong. Tiga motif itu dipadukan. Itu sudah punya hak paten atau HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual),” jelasnya.