Banjarnegara, LENSANUSANTARA.CO.ID – Disaat perekomian yang saat ini masih lesu, para petani salak di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah mengeluh disaat panen melimpah harga mengalami anjlok drastis, sehingga mengalami kerugian mencapai puluhan juta rupiah.
Beberapa petani mengaku, anjloknya harga yang terjadi, tidak sebanding dengan biaya perawatan dan ongkos para pekerja. Padahal petani salak di Kabupaten Banjarnegara sudah menjadi salah satu mata pencaharian masyarakatnya.
“Harga hanya Rp 1000 per kg mas, mau dipanen harga cuma segitu, tidak dipanen ya gimana, tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan, untuk ongkos yang metik saja masih kurang kalau untuk bayar, makanya banyak petani yang gulung tikar, karena anjloknya harga,” jelas Turyatin, salah satu petani salak di Desa Petuguran, Kecamatan Punggelan kepada media lensanusantara.co.id, Jumat, (13/12/2024).
Tidak sedikit petani salak yang saat ini memutar otaknya untuk menutupi kerugian ditengah anjloknya salah satu buah yang bisa menyembuhkan beberapa penyakit tersebut seperti diabetes, jantung dan darah tinggi.
“Saat ini banyak petani salak yang gulung tikar, padahal namanya kita petani tetap tidak lepas dari namanya punya tanggungan di Bank, makanya saat ini banyak yang mengeluh bagaimana cara menutup tanggungan yang dimiliki, biasanya sekali panen bisa untuk membayar, tapi untuk bayar biaya tukang petik saja bingung, kan rata-rata kalau pas tidak anjlok harga bisa mencapai Rp 4.500 per kg, makanya saya berharap Pemerintah memikirkan nasib kami para petani salak,” harap Turyatin.
Tidak hanya Turyatin, kekecewaan akibat anjloknya harga salak hingga 200% tersebut juga di utarakan petani salak lainnya yaitu Kusrikhun, dirinya menambahkan, jika saat ini banyak tengkulak yang sedikit membeli hasil panennya.
“Saat ini saja para tengkulak juga jarang ke sini, makannya banyak yang membiarkan busuk di pohon, mereka setiap di hubungi lagi tidak nyari, alasannya masih banyak barangnya, terus mau gimana lagi, makanya saat ini bisa di sisir setiap kebun, banyak yang dibiarkan busuk,” tambah Kusrikhun.
Sedangkan harga salak beberapa pedagang eceran, rata-rata dijual dengan harga Rp 10.000/kg.
“Yang bisa mengambil untung aslinya itu yang pedagang eceran, kayak dipasar atau yang dijual pakai mobil bak terbuka itu, mereka bisa menjual eceran Rp 3500 per kg, yang super bisa dia jual Rp 5000, hanya petaninya yang hancur saat ini,” pungkas Kusrikhun.