Edukasi

KNPI Dumai Taja Seminar Deradikalisasi dan Penebalan Ideologi Pancasila

×

KNPI Dumai Taja Seminar Deradikalisasi dan Penebalan Ideologi Pancasila

Sebarkan artikel ini
Ketua DPD KNPI Kota Dumai
KNPI Dumai menggelar seminar dengan menghadirkan tiga orang eks napiter.

Dumai, LENSANUSANTARA.CO.ID – Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nasionalisme dan pencegahan radikalisme, DPD KNPI Kota Dumai menggelar seminar penebalan Ideologi Pancasila Terhadap Pemuda, Mahasiswa dan Pelajar, Jum’at (20/12/2024).

Seminar yang berlangsung di Atrium Citimall ini turut dihadiri oleh Ketua MUI Zakaria yang diwakili oleh Sekretaris MUI Jimmy Paslah, Ketua HMI Iqbal Hermanti beserta anggota, Ketua GMKI Dian Sanjaya Hutapea beserta anggota, Ketua IMM Mhd. Yusron beserta Anggota, Ketua BEM Sekodum M. Iksan Nizar beserta anggota, ketua PMII Aprianto Beserta anggota, serta mantan napiter Rahmad Sentoso, Aan Santoso, dan Arifin Daulay.

Example 300x600

Dalam sambutannya, Ketua DPD KNPI Kota Dumai, Nanda Aulia, menekankan pentingnya menyebarkan hal-hal positif untuk mencegah paham radikalisme.

“Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap nasionalisme adalah langkah awal yang sangat penting. Kita harus mengajak semua organisasi kepemudaan (OKP) untuk menyebarkan nilai-nilai persatuan dan kebaikan di masyarakat,” ujar Nanda.

Sesi pertama seminar dibuka dengan paparan Sekretaris MUI Kota Dumai, Jimmy Paslah, yang menjelaskan bahwa radikalisme bukanlah fenomena baru.

“Radikalisme sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Selama 23 tahun, beliau berjuang bersama sahabat dan pengikutnya untuk menghapus sikap amoral ini dengan menanamkan lima kekuatan utama: iman, persatuan, akhlak, ekonomi, dan hukum,” tutur Jimmy.

Jimmy juga menekankan bahwa kelima kekuatan ini harus menjadi pegangan setiap individu untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan tangguh.

“Jika iman kita kuat, persatuan kita kokoh, akhlak kita terjaga, ekonomi kita stabil, dan hukum kita ditegakkan, maka radikalisme tidak akan menemukan tempat di masyarakat,” tambahnya.

Aan Santoso, seorang mantan napiter, kemudian menyampaikan materi tentang bahaya terorisme bagi generasi muda. Ia menegaskan bahwa paham ini sangat merugikan dan dapat menghancurkan masa depan seseorang.

“Terorisme mengedepankan intoleransi dan mementingkan diri sendiri. Paham ini merusak pola pikir generasi muda dan mengarahkan mereka pada tindakan yang tidak baik tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang,” kata Aan.

Aan juga mengajak generasi muda untuk lebih selektif dalam menerima informasi.

“Tingkatkan wawasan dan perbanyak membaca hal-hal positif. Jangan mudah terprovokasi oleh informasi yang tidak jelas sumbernya,” pesannya.

Pemateri lainnya, Andri Qadri, menyampaikan pentingnya peran pemuda dalam mengantisipasi radikalisme dan terorisme.

“Radikalisme terjadi karena adanya pemahaman yang salah. Pemuda harus berperan sebagai agen perubahan dengan menyebarkan nilai-nilai toleransi, persatuan, dan cinta damai,” jelas Andri.

Seminar ini diakhiri dengan refleksi dari mantan napiter Rahmad Sentoso dan Arifin Daulay, yang berbagi pengalaman pahit mereka saat terjebak dalam paham radikal.

“Kami di sini untuk berbagi, agar generasi muda tidak mengikuti jalan yang salah seperti yang kami alami dulu. Jadilah generasi yang mencintai bangsa dan agama dengan cara yang benar,” tutup Rahmad.

Seminar ini pun menjadi momentum penting untuk memperkuat komitmen bersama melawan ancaman radikal di masa depan.**

**) IIkuti berita terbaru Lensa Nusantara di Google News klik disini dan jangan lupa di follow.