Bondowoso, LENSANUSANTARA.CO.ID – Tangis haru, senyum bahagia, dan kebanggaan yang membuncah. Itulah suasana yang dirasakan oleh keluarga besar SMKN 1 Tapen, setelah dua siswa terbaiknya menyabet dua gelar juara dalam ajang lomba Dies Natalis ke-20 Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.
Dari ratusan peserta, nama Fitri Nia Novita Sari muncul sebagai Juara 1 lomba Poster. Lewat karya visual yang menyorot isu kesehatan jiwa, Fitri tak hanya mengolah gambar dan warna, tapi juga menyampaikan pesan kemanusiaan yang menyentuh siapa pun yang melihatnya.
Di saat yang sama, tim video edukasi SMKN 1 Tapen juga menyita perhatian. Video mereka yang berjudul “Luka Dalam Diam” mengangkat realita kesehatan mental remaja dengan cara yang jujur, peka, dan menyayat hati. Hasilnya, mereka dinobatkan sebagai Juara 2 lomba Video Edukasi.
“Melihat karya anak-anak ini membuat saya merinding. Mereka bukan hanya belajar untuk lulus, tapi juga tumbuh menjadi manusia yang peduli dan berani menyuarakan hal-hal penting,” tutur Mashudi, S.Pd.I, Kepala SMKN 1 Tapen, dengan suara bergetar.
Bagi SMKN 1 Tapen, ini bukan sekadar kemenangan lomba. Ini adalah lanjutan dari jejak panjang prestasi yang sudah mereka ukir. Di tahun pelajaran 2024/2025, sekolah ini telah mencatatkan 34 penghargaan di berbagai level, dan yang lebih membanggakan, 28 siswa mereka telah diterima di perguruan tinggi negeri. Bukan hal biasa bagi sekolah vokasi di daerah, namun SMKN 1 Tapen membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk bersinar.
Ajang Dies Natalis yang mengusung tema “Seribu Raga, Satu Jiwa, Berjaya di Dua Dasawarsa” menjadi panggung nyata bagi siswa-siswi untuk berbicara tentang empati, kesehatan, dan masa depan lewat karya. Bukan dengan orasi, tapi dengan gambar dan film yang berbicara dari hati.
Penganugerahan akan dilaksanakan Jumat, 16 Mei 2025 pukul 18.00 WIB di kampus Universitas Bondowoso, dengan nuansa budaya yang hangat lewat balutan busana adat.
Hari itu, bukan hanya nama SMKN 1 Tapen yang harum. Tapi juga semangat muda yang peduli, berpikir kritis, dan menyentuh hati lewat karya.
Karena sekolah bukan hanya tempat belajar… tapi tempat di mana anak-anak menemukan suara mereka.
