Rembang, LENSANUSANTARA.CO.ID – Pembuatan jaring ikan secara tradisional masih terus dipertahankan oleh sejumlah masyarakat nelayan sampai saat ini, salah satunya nelayan di Desa Pandean, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
“Saya mulai membuat jaring ini sekitar 10 tahun yang lalu, memang diajarkan oleh orang tua dan turun-temurun,” kata Ahmad kepada wartawan LensaNusantara, Rabu (4/5/2025)
Pembuatan jaring tersebut dilakukan dengan merajut benang tetoran dibantu alat seperti jarum rajut, dan lainnya.
Ia mengatakan jaring hasil buatannya tidak hanya dipakai oleh nelayan di desa Pandean saja, namun juga sampai desa Jarakan ( tetangga desa)
“Sistemnya adalah pesanan dan reparasi, jadi pembuatannya tidak dipatok. Karena tergantung pesanan orang,” katanya.
Jaring yang dibuat terbagi dalam beberapa jenis, sesuai dengan panjang serta kerapatan anyaman. Jaring dengan panjang 30 meter biasanya dijual sekitar Rp350 ribu, dan jika hanya reparasi dikenalkan biaya Rp 30 ribu sehari jadi.
Sementara yang panjang, katanya, ia kerap menerima pesanan 4-5 jaring yang panjangnya 30 meter dengan lebar sekitar tiga meter.
“Kalau untuk satu jaring digarap paling tidak satu hari,” katanya.
Pria yang akrab disapa Roy itu menceritakan untuk jaring dengan panjang 30 meter tersebut bisa menghabiskan waktu seharian.
Mengingat di samping buruh membuat jaring anyam, ia juga bekerja serabutan, kadang dimintai tolong menjadi sopir, kadang mengayuh becak. Sehingga harus membagi waktu.
“Dalam tiga bulan biasanya ada satu atau dua pesanan yang dikerjakan,” katanya.
Menurutnya pembuatan jaring secara tradisional mempunyai kelebihan karena daya tahannya lebih lama.