Opini

Pemimpin Muda Jember Penakluk Badai

1251
×

Pemimpin Muda Jember Penakluk Badai

Sebarkan artikel ini
Badri Jurnalis Lensa Nusantara

Jember, LENSANUSANTARA.CO.ID – Beberapa hari belakangan, SPBU di Jember penuh antrean panjang. Warga menunggu BBM sejak dini hari. Ambulans tertahan, logistik terhambat. Imbas penutupan jalur Gumitir dan kemacetan di kawasan Pantura Situbondo-Banyuwangi, yang membuat distribusi BBM tersendat.

Di saat sebagian orang panik, ada seorang pemimpin yang tetap tenang. Dia Muhammad Fawait, Bupati Jember. Usianya masih muda, tapi bisa membimbing kabupaten ini melewati badai krisis.

Example 300x600

Pada situasi yang serba tak pasti, kebanyakan kepala daerah akan ikut emosional. Menuding Pertamina, meminta klarifikasi pusat, atau membuat kebijakan populis demi mencuri perhatian publik.

Tapi itu bukan gaya Fawait. Ia malah mengambil alih kemudi. Menyatakan kondisi ini bukan problem fundamental. Bukan soal kekurangan stok, tapi terganggunya distribusi. Dan cara padang ini yang memengaruhi bagaimana cara dia membawa Jember keluar dari krisis.

BACA JUGA :
Bupati Jember Lepas Secara Simbolis Penyaluran Bantuan Pangan Beras

Melihat latar belakang pendikannya, Fawait memang bukan sekadar pemimpin muda. Ia sarjana dan magister ilmu ekonomi sekaligus. Maka, berdasarkan nalar keilmuannya, saat distribusi terganggu, ia tahu menekan permintaan adalah solusi tercepat.

Dua kebijakan pun ia keluarkan. Sekolah daring dan ASN bekerja dari rumah. Mobilitas turun yang berdampak terhadap penggunaan BBM. Ini bukan keputusan sekonyong-konyong. Namun berbasis nalar, data dan pengetahuan yang ia miliki.

Selanjutnya, Fawait bergerak ke hulu. Koordinasi dengan Pertamina untuk menambah pasokan dari kota tetangga. Seperti Malang dan Surabaya, bahkan Solo. Dengan pendekatan professional, suplai membaik dalam waktu singkat. Pasokan dikirim dua kali lipat. Meski masih ada, tapi antrean mulai mereda.

BACA JUGA :
Bakesbangpol Jember Gelar Sosialisasi Pemilu dan Pilkada Serentak 2024

Kini, antrean di SPBU sudah jauh berkurang. Mobil dinas, ambulans, dan layanan publik bisa kembali bergerak. Semua ini bukan hasil kebetulan, melainkan buah dari keputusan cepat, pemikiran strategis, dan ketenangan seorang pemimpin yang tidak ikut panik.

Fawait telah menunjukkan, pemimpin muda bukan sekadar soal umur, melainkan soal keberanian berpikir jernih di saat semua orang panik. Pilihannya sederhana, tidak menunggu bantuan, tapi langsung bekerja. Mengatur demand, memperlancar supply, dan memperhatikan kebutuhan warga.

Bisa jadi, Fawait bukan pemimpin paling vokal. Tapi ia tahu kapan harus bicara dan kapan saatnya bertindak. Di zaman para pemimpin ramai memerankan peran di media sosial, Fawait justru hadir lewat tindakan. Masuk ke akar masalah dan menyelesaikannya dengan kepala dingin.

Anda pantas tahu, pada saat krisis (apa pun bentuknya), bukanlah suara vokal yang menyelamatkan. Tapi ketenangan. Bukan retorika yang memecah belah, namun langkah yang meredam tekanan. Bukan sorotan media sosial yang membumbui drama, tapi pemimpin yang senyatanya bekerja.

BACA JUGA :
Polsek Mayang Gagalkan Penyelundupan Pengiriman 8 Ton Pupuk ke Madura

Kini, Jember lebih punya harapan. Karena saat badai datang, nakhoda tampil di muka mengambil alih kendali. Dan, meski kapal ini memang sempat limbung, tapi tidak pernah karam. Sebab, sang nakhoda tahu arah ombak, angin, dan rumus ekonomi yang menjaga keseimbangan.

Maka, tak berlebihan jika Muhammad Fawait disebut bukan pemimpin muda biasa. Ia adalah kompas yang memandu kapal menaklukkan badai. Sebab, dia telah menunjukkan kepemimpinan yang tenang, rasional, dan ilmiah, hingga mampu melewati krisis tanpa terbawa gelombang kepanikan.

Penulis adalah Jurnalis muda yang tinggal di Jember.