Bondowoso, LENSANUSANTARA.CO.ID – Dunia pendidikan Bondowoso kembali berbangga. Mohammad Hairul, S.Pd., M.Pd., Kepala SMPN 1 Curahdami, dinyatakan lolos sebagai Praktisi Mengajar Mandiri Universitas Negeri Malang (UM). Ia akan terlibat dalam pengajaran mata kuliah (PIND236014) Kurikulum dan Materi Pembelajaran BSI di Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah (BSI).
Kabar ini menambah panjang daftar kiprah Hairul di dunia pendidikan. Sebelumnya, ia juga dipercaya sebagai Fasilitator Pembelajaran Mendalam oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui BBGTK (Balai Besar Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bagi Hairul, menjadi fasilitator Pembelajaran Mendalam maupun praktisi di Univeritas Negeri Malang memiliki benang merah yang sama, yaitu membangun kualitas guru dan calon guru agar siap menghadirkan pembelajaran bermakna.
“Alhamdulillah, saya diberi kesempatan berkontribusi di dua ruang berbeda, kampus dan lapangan. Di kampus saya bisa berbagi pengalaman kepada mahasiswa calon guru, sedangkan di Kedinasan saya mendampingi guru sasaran yang sudah mengajar. Keduanya sama-sama penting untuk mencetak generasi pendidik yang adaptif,” ujarnya.
Berikut Wawancara Tim Lensa Nusantara (LN) saat Mohammad Hairul menjadi narasumber IHT pembelajaran Mendalam di SMPN 1 Cermee Bondowoso (2/9/2025).
LN: Apa yang membuat Bapak bersemangat dengan peran ganda ini?
Hairul: Karena keduanya saling melengkapi. Teori kurikulum di UM bisa saya sandingkan dengan realitas yang saya alami di sekolah. Sebaliknya, pengalaman membimbing guru di Bondowoso memberi saya bahan refleksi untuk memperkaya diskusi di kampus.
LN: Apa pesan untuk mahasiswa dan guru yang Bapak dampingi?
Hairul: Jangan berhenti pada teori. Selalu tanyakan bagaimana teori itu hidup dalam praktik. Baik mahasiswa maupun guru harus berani bereksperimen, kreatif, dan reflektif. Itulah semangat pembelajaran mendalam yang sebenarnya.
Kiprah Hairul menunjukkan bahwa guru daerah bisa berkontribusi luas, tidak hanya di sekolah atau kabupaten, tetapi juga di level universitas. Ia menjadi jembatan antara praktik lapangan, kebijakan kurikulum, dan dunia akademik.
“Ini bentuk pengabdian saya. Saya ingin membawa perspektif kependidikan saya dari Bondowoso ke ruang kuliah di UM, sekaligus memastikan pengalaman di kampus bisa kembali bermanfaat untuk sekolah-sekolah di daerah,” pungkasnya.
Dengan peran ganda sebagai fasilitator Pembelajaran Mendalam dan praktisi mengajar UM, Mohammad Hairul membuktikan bahwa dedikasi seorang pendidik bisa memberi dampak dari ruang kelas kecil di Bondowoso hingga ruang kuliah di Univeritas Negeri Malang.