Bondowoso, LENSANUSANTARA.CO.ID – Dalam upaya meningkatkan kompetensi guru dan mendorong transformasi pendidikan, SMP Negeri 4 Bondowoso menggelar In House Training (IHT) Pembelajaran Mendalam.
Acara digelar 2 hari, pada Rabu–Kamis, 3–4 September 2025. Kegiatan yang dilaksanakan di ruang Laboratorium IPA sekolah ini diikuti oleh seluruh guru dengan penuh semangat dan antusiasme.
Plt. Kepala SMPN 4 Bondowoso, Nisfatin, S.Pd., menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari strategi sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
“Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga harus mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna, kreatif, dan kontekstual. Melalui IHT ini, kami berharap guru semakin siap menghadapi tantangan pendidikan di era modern,” ujarnya saat sambutan acara pembukaan.
IHT ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Rony Mashudi, S.Pd. (Selaku Pengawas Bina) dan Mohammad Hairul, S.Pd., M.Pd., yang memaparkan strategi penguatan pembelajaran mendalam.
Dalam sesi pertama, Rony Mashudi membahas tentang pentingnya pola pikir bertumbuh (growth mindset) bagi guru dan siswa.
“Guru yang memiliki pola pikir bertumbuh akan selalu siap belajar dan beradaptasi. Mereka juga dapat menularkan semangat positif kepada siswa, sehingga siswa tidak takut gagal dan mau terus mencoba,” jelasnya.
Rony menambahkan bahwa pola pikir bertumbuh adalah fondasi penting dalam proses belajar.
“Kesalahan bukanlah kegagalan, tetapi bagian dari proses menuju keberhasilan. Dengan mindset ini, guru dan siswa akan memiliki daya juang yang lebih kuat,” tambahnya.
Sesi berikutnya diisi oleh Mohammad Hairul, yang memaparkan tentang kemitraan pembelajaran, pembelajaran kolaboratif, dan interkoneksi materi antar pelajaran.
“Transformasi pembelajaran tidak bisa dilakukan sendiri. Guru, siswa, orang tua, dan masyarakat harus menjadi mitra dalam membangun ekosistem belajar yang sehat dan berkelanjutan,” ungkap Hairul.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antar guru dalam merancang pembelajaran lintas mata pelajaran. Dengan pendekatan interkoneksi, sebuah topik dapat dipelajari dari berbagai perspektif.
“Misalnya, topik perubahan iklim bisa dipelajari dari sisi IPA, IPS, bahkan Bahasa Indonesia. Dengan begitu, siswa memahami keterkaitan antar ilmu sekaligus melatih berpikir kritis dan kreatif,” jelasnya.
Selain itu, Hairul mengajak guru untuk saling berbagi praktik baik melalui komunitas belajar. “Ketika guru berkolaborasi, inovasi pembelajaran akan semakin berkembang dan memberikan dampak nyata bagi siswa,” pungkasnya.