Nasional

Bisnis MBG Menggiurkan, Menu Basi Hingga Tidak Layak Mengancam Nyawa Anak-anak di Banjarnegara

847
×

Bisnis MBG Menggiurkan, Menu Basi Hingga Tidak Layak Mengancam Nyawa Anak-anak di Banjarnegara

Sebarkan artikel ini
Salah satu menu MBG di Banjarnegara, Jumat, 26/9/2025. Foto : (Gunawan/Lensa Nusantara).



‎Banjarnegara, LENSANUSANTARA.CO.ID – Banyaknya tragedi keracunan massal dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi di berbagai Daerah selama ini bukan lagi sekedar sebuah kejadian kebetulan semata, tapi sebuah bukti nyata bagaimana kesehatan anak-anak seolah dipermainkan untuk kepentingan segelintir elit dan mengeruk kekayaan melalui keuntungan yang nilainya tidak sedikit.

‎Lebih dari sekitar 1500 siswa keracunan MBG saat ini, seharusnya menjadi sebuah lampu merah untuk program tersebut. Namun Pemerintah seolah menganggap jika semua itu hanya sebuah keteledoran, evaluasi hanya sebuah kata dikeluarkan, dan anehnya tanpa adanya tindakan sama sekali. Seolah nyawa anak bangsa  hanyalah sebuah proyek yang bisa dipindahtangankan. Lebih anehnya setiap ada tragedi keracunan pemangku jabatan pura-pura kaget, sungguh ironis memang.

‎Sama halnya di Kabupaten Banjarnegara, setelah beberapa waktu lalu ramai menu basi, hingga sekarang masih banyak menu kurang layak yang di berikan kepada anak-anak, tentu jika tidak dilakukan evaluasi dan tindakan tegas sesegera mungkin dari Satgas MBG bisa menjadi sebuah ketakutan bagi orang tua murid.

‎Semakin hari menu yang disajikan pun semakin tidak jelas, misalnya dalam gambar di atas, menu yang diberikan ke anak-anak di salah satu sekolahan yang berada di Kecamatan Punggelan, hanya susu kotak kecil, kacang tanah direbus, telur bulat, dan roti pabrikan Sari Gandum.

‎Hal itu menambah daftar menu MBG di Banjarnegara seolah hanya dibuat mainan oleh SPPG atau Yayasan yang mendapatkan proyek menggiurkan tersebut.

‎”Menu itu sudah tiga hari ini, makanan kayak gitu dibuat program MBG dan diberikan anak ya sangat keterlaluan, tidak manusiawi bagi saya, kalau nanti kalau terjadi apa-apa sama anak siapa yang tanggung jawab,” jelas salah satu wali murid berinisial NS, warga Kecamatan Punggelan kepada lensanusnatara.co.id, Jumat, (26/9/2025).

‎Sama dengan NS, melalui sebuah chat Watshap, seorang warga Kalibening juga mengirimkan menu MBG yang isinya juga tidak layak.

‎”Ini menu hari ini di Kalibening,” ungkap warga yang tidak mau disebutkan namanya.

‎Sementara di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Desa Somawangi juga hampir sama, dari foto yang lensanusantara.co.id dapat, hanya berisi nasi, tiga biji anggur, gorengan, sedikit sayur kangkung, dan secuil ayam.

‎”Kalau Somawangi penyedianya MBG itu SPPG sini saja, ya memang itu menunya kayak gitu, coba di cek ke SPPG nya saja tanya pengelolanya mas,” ungkap sumber.

‎Melihat banyaknya kasus saat ini, seolah MBG dianggap simbol betapa rendahnya nilai nyawa anak-anak Indonesia.

‎Seharusnya kasus ini harus diusut tuntas, pejabat yang bermain sandiwara harus diadili, dan program hanya boleh berjalan bila benar-benar aman, transparan, dan akuntabel termasuk kehigienisan nya.

‎Memberikan makan rakyat saat ini itu bukan seperti sinetron, bisa dibilang sebuah perang antara akal sehat rakyat dan ambisi politik yang membahayakan nyawa anak-anak. Jika pemerintah memilih tetap diam, rakyat akan berhenti menjadi penonton. Jika sampai korban keracunan terus bertambah, tentu akan menuntut pertanggungjawaban dengan kata-kata kosong, tapi tindakan tegas yang menampar wajah Presiden. (Gunawan).

BACA JUGA :
51 Ribu Anak di Kota Madiun akan Menerima Program Makan Bergizi Gratis