Teknologi

Cari Vendor Implementasi ERP untuk Perusahaan? Ini Checklist Penting Yang Jangan Terlewatkan

1310
×

Cari Vendor Implementasi ERP untuk Perusahaan? Ini Checklist Penting Yang Jangan Terlewatkan

Sebarkan artikel ini
Vendor Implementasi ERP
Source by freepik

Memilih vendor implementasi ERP bukan sekadar urusan teknis. Ini keputusan bisnis bernilai milyaran rupiah yang akan mempengaruhi kecepatan eksekusi, akurasi data, sampai kultur kerja tim Anda. Menariknya, riset menunjukkan banyak proyek ERP meleset dari rencana, biaya membengkak, tenggat molor, bahkan gangguan operasional saat go-live. Karena itu, disini kami menyajikan checklist praktis dan komprehensif agar Anda bisa menilai vendor dengan kepala dingin, berbasis bukti, dan terhindar dari jebakan klasik.

Example 300x600

Mengapa Checklist Ini Penting?

Berdasarkan laporan dan panduan dari konsultan serta analis industri, faktor penentu sukses bukan hanya software, melainkan kualitas implementasi, manajemen perubahan, dan governance manfaat. Dengan kata lain, “pilih vendor implementasi” adalah keputusan terpisah dari “pilih software ERP”. Keduanya sama-penting dan saling melengkapi. 

Selain itu, biaya tersembunyi ERP, mulai dari migrasi data hingga pelatihan, sering kali tak terpampang di proposal awal. Mengetahui komponen TCO (total cost of ownership) sejak dini akan menyelamatkan anggaran Anda.

Checklist 17 Poin untuk Menilai Vendor Implementasi ERP

1) Sasaran bisnis & North Star KPI

Mintalah vendor memetakan sasaran bisnis (mis. MAPE turun 20%, OTIF naik 3–5 poin, DSO berkurang beberapa hari) dan menurunkannya menjadi KPI implementasi per fase. Vendor yang baik akan menghubungkan konfigurasi modul dengan target bisnis, bukan sekadar fitur.

2) Pendekatan transformasi yang business-led

Tanyakan bagaimana vendor memastikan transformasi dipimpin unit bisnis, bukan hanya tim TI. Minta contoh keputusan yang pernah diambil business owner, bukan konsultan, untuk menjaga kesesuaian dengan proses inti.

3) Rekam jejak industri

Minta tiga studi kasus di industri serupa (skala pengguna, kompleksitas cabang/gudang, regulasi). Pastikan ada metrik hasil (biaya/lead time/inventory turns), bukan sekadar testimoni.

4) Metodologi implementasi & phase gates

Vendor kredibel punya metodologi jelas, dengan deliverables dan exit criteria per fase (design, build, test, cutover, hypercare). Ini meminimalkan scope creep dan menyeimbangkan kecepatan vs kualitas.

5) Rencana organizational change management (OCM)

Jangan hanya pelatihan akhir proyek. Tanyakan stakeholder mapping, change impact assessment, communications plan, super user network, dan behavior adoption metrics. OCM yang kuat sangat berkorelasi dengan manfaat yang benar-benar terealisasi. 

6) Fit-gap fungsional dan strategi kustomisasi

Minta daftar gap fungsional dan opsi penanganannya (konfigurasi, extension, atau perubahan proses). Prinsipnya: konfigurasi > ekstensi > kustomisasi berat. Catat risiko biaya dan perawatan jangka panjang.

7) Integrasi & arsitektur data

Perjelas integrasi dengan sistem lain (WMS/TMS/CRM/iPaaS), pola streaming/batch, error handling, dan SLA integrasi. Vendor harus menunjukkan keahlian integrasi yang sepadan dengan kompleksitas ekosistem Anda.

8) Strategi migrasi data

Minta data readiness checklist: kualitas master (pelanggan, pemasok, item), deduplikasi, cutover rehearsal, dan kriteria “data siap produksi”. Jelaskan siapa penanggung jawab cleansing, vendor atau tim internal, karena ini salah satu komponen biaya tersembunyi terbesar.

9) UAT, non-functional testing, dan dress rehearsal

Pastikan ada rencana UAT berbasis skenario end-to-end, performance test, security test, dan mock cutover. Rehearsal yang realistis mengurangi disrupsi saat go-live, isu yang dialami separuh perusahaan pada studi tertentu.

10) Biaya total & “kotak hitam” TCO

Jabarkan TCO: lisensi/subskripsi, layanan implementasi, integrasi, migrasi data, pelatihan, change management, perangkat keras (jika on-prem), serta biaya pasca go-live (support, minor enhancement, upgrade). Mintalah bentuk rate card dan kurva burn rate bulanan yang transparan.

11) Timeline, jalur kritis, dan buffer

Vendor perlu memaparkan jalur kritis (data, integrasi, UAT), asumsi ketergantungan, dan buffer realistis. Ingat, banyak proyek meleset 30% dari rencana awal, jadi antisipasi sejak proposal. 

12) Governance & struktur tim gabungan

Siapa sponsor eksekutif, steering committee, PMO, dan key user? Berapa komposisi on-site vs remote? Mintalah RACI lengkap agar eskalasi cepat dan jelas.

13) SLA dukungan & hypercare

Tetapkan SLA (response/restore), jam layanan, jalur eskalasi, cakupan hypercare 4–8 minggu, serta runbook insiden. Ini meminimalkan kebingungan saat fase paling rentan setelah go-live.

14) Manajemen risiko & rencana pemulihan

Minta risk register dengan mitigasi konkret (contoh: fallback plan untuk masalah posting inventory di hari H). Kejelasan rollback criteria adalah pengaman terakhir.

15) Keamanan & kepatuhan

Bahas role-based access, segregation of duties, enkripsi, audit trail, backup/DR, dan kepatuhan (mis. standar ISO, kebijakan data). Sekaligus, minta bukti uji keamanan terbaru.

16) Benefits realization pasca implementasi

Vendor yang matang akan menyiapkan baseline dan rencana validasi manfaat (mis. pengurangan cycle time, perbaikan akurasi, peningkatan inventory turns). Tanpa ini, proyek mudah berhenti di “sekadar go-live”. 

17) Kontrak yang berpihak pada hasil

Negosiasikan milestone-based payment, klausul knowledge transfer, larangan vendor lock-in yang berlebihan, serta exit plan. Pisahkan kontrak software dan kontrak implementasi agar ruang negosiasi lebih fleksibel. (Praktik ini direkomendasikan berbagai penasihat ERP).

“Red Flags” Saat Demo dan Negosiasi

Agar lebih waspada, perhatikan tanda-tanda berikut:

  • Demo generik yang tak menyentuh proses khas Anda; vendor enggan menyesuaikan skenario.
  • Estimasi TCO yang terlalu merendah, tanpa pos migrasi data/OCM/integrasi. (Ini sering jadi sumber pembengkakan biaya). 
  • Janji go-live kilat tanpa phase gates dan mock cutover.
  • Ketergantungan kustomisasi berat sejak awal; risiko perawatan jangka panjang membesar.
  • Tidak ada rencana OCM; pelatihan hanya “di akhir proyek”. (Padahal adopsi pengguna kunci untuk menghindari disrupsi saat go-live).

Bagaimana Menyusun RFP yang Tepat?

Agar perbandingan vendor “apple to apple”, susun RFP yang mencakup:

  1. Profil perusahaan & lanskap sistem saat ini.
  2. Use case prioritas (mis. procure-to-pay, order-to-cash, plan-to-produce) beserta KPI target.
  3. Volume & kompleksitas (jumlah user, cabang, gudang, transaksi per bulan).
  4. Integrasi wajib dan interface kritikal.
  5. Standar keamanan & kepatuhan yang harus dipenuhi.
  6. Template biaya (capex/opex, rate card, burn rate) dan timeline bertahap.
  7. Format demo berbasis skenario agar vendor tak sekadar “show & tell”.
  8. Rencana OCM yang diminta, termasuk change champions dan adoption metrics.

Menimbang Realitas di Lapangan

Agar ekspektasi Anda nyambung dengan realita pasar, gunakan rentang biaya sebagai guardrail awal (yang nantinya dipertajam selama due diligence). Untuk SMB hingga menengah, implementasi dasar bisa puluhan hingga ratusan ribu dolar; untuk enterprise besar, nilainya dapat menembus jutaan, tergantung skala, modul, dan integrasi. Yang tak kalah penting, banyak biaya “tak terlihat” justru nongol di migrasi data, pelatihan, dan perubahan proses. 

Sebagai perbandingan, beberapa kompilasi statistik industri juga mengingatkan bahwa cost overrun 3–4x dan timeline molor 30% bukan hal langka—lagi-lagi menegaskan urgensi perencanaan yang konservatif dan negosiasi SLA yang ketat.

Penutup

Pada akhirnya, memilih vendor implementasi ERP yang tepat berarti menukar janji fitur dengan jaminan hasil. Karena itu, rangkai proses seleksi Anda dengan KPI bisnis yang jelas, OCM yang serius, governance manfaat, serta kontrak yang mengikat deliverables. Dengan checklist 17 poin di atas, Anda bisa menilai vendor secara objektif, memangkas resiko pembengkakan biaya, dan yang terpenting memastikan ERP benar-benar mengangkat kinerja perusahaan, bukan sekadar mengganti sistem lama.

error: Content is protected !!