Bondowoso, LENSANUSANTARA.CO.ID – Tim Lensa Nusantara berkesempatan bersua langsung dengan Mohammad Hairul, Kepala SMPN 1 Curahdami Bondowoso, Instruktur Nasional Literasi Baca-Tulis, Fasilitator Pembelajaran Mendalam, yang juga Praktisi Mengajar Mandiri UM 2025. (4/10/2025)
Tim Lensa Nusantara (LN): Pak Hairul, bagaimana kesan Bapak mengikuti program Praktisi Mengajar di Universitas Negeri Malang tahun 2025?
Mohammad Hairul (MH): Saya merasa program ini sangat bermakna. Praktisi Mengajar bukan sekadar ruang mengajar, tetapi juga membangun jembatan antara pengalaman nyata di sekolah dan teori yang dipelajari mahasiswa calon guru. Saya bisa berbagi praktik baik, inspirasi, dan strategi pembelajaran langsung dengan calon guru, sementara mereka bisa belajar dari pengalaman yang sudah teruji di lapangan.
LN: Menarik sekali. Apakah konsep ini ada kaitannya dengan buku Bapak, Bukan Guru Kebetulan dan Bukan Guru Kaleng-Kaleng?
MH: Tentu. Dalam buku itu saya menekankan bahwa menjadi guru bukan sekadar profesi kebetulan atau sekadar mengajar tanpa persiapan matang. Menjadi guru berarti memiliki kesungguhan, kompetensi, dan kesadaran untuk terus berbagi pengalaman dan menyiapkan generasi pendidik berikutnya. Praktisi Mengajar adalah bentuk nyata dari prinsip itu. Guru senior dapat mentransfer nilai-nilai profesional, etos kerja, dan praktik terbaik kepada calon guru.
LN: Bagaimana Bapak melihat peran Praktisi Mengajar dalam konteks reformasi pendidikan saat ini?
MH: Praktisi Mengajar menjadi salah satu wujud konkret reformasi pendidikan, karena membangun jembatan antara kampus dan sekolah. Mahasiswa calon guru tidak hanya belajar teori, tetapi juga mendapat inspirasi dan bekal praktis untuk menghadapi dunia pendidikan. Hal ini sejalan dengan gagasan pentingnya guru senior berbagi pengalaman, sebagaimana saya tulis di buku saya, agar lahir pendidik yang profesional, tangguh, dan berdedikasi.
LN: Jika disimpulkan, apa pesan Bapak untuk calon guru?
MH: Jadilah guru yang bukan sekadar mengajar, tetapi guru yang sadar akan tanggung jawab profesi, terus belajar, dan siap berbagi. Ambil inspirasi dari praktik nyata, dari guru-guru senior, dan jangan takut menjadi agen perubahan di dunia pendidikan. Praktisi Mengajar membuktikan bahwa berbagi pengalaman adalah cara terbaik menyiapkan generasi pendidik yang berkualitas.