Jember, LENSANUSANTARA.CO.ID – Di balik pesona alam Pantai Watu Ulo di Desa Sumberrejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, tersembunyi cerita mistis yang telah diwariskan turun-temurun. Deru ombak dan tebing batu yang menyerupai sisik ular raksasa menjadi saksi bisu legenda tentang makhluk gaib penjaga laut: seekor naga besar yang disebut Nogo Rojo, Rabu (16/10/2025).
Menurut Ansori, penjaga pantai yang telah mengabdi selama 26 tahun, masyarakat pesisir meyakini bahwa batu panjang yang menjulur di pantai adalah jelmaan tubuh naga dari lautan selatan.
”Legenda menyebutkan bahwa naga tersebut naik ke daratan untuk beristirahat, namun kemudian berubah menjadi batu yang kini dikenal sebagai “Watu Ulo” dalam bahasa Jawa berarti “Batu Ular”. Menurutnya.
Konon kepalanya berada di Pantai Grajagan Banyuwangi, tubuhnya di sini, dan ekornya sampai ke Pacitan,” jelas Ansori. Bagi warga lokal, kisah ini bukan sekadar dongeng, melainkan warisan spiritual yang mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
”Dalam kepercayaan masyarakat setempat, Nogo Rojo bukan hanya makhluk mitologis, tapi juga penjaga batas antara darat dan laut, yang diyakini akan “bergerak” jika laut marah akibat ulah manusia,” ujarnya.
Hal ini kata Ansori menjadikan pantai Watu Ulo tidak hanya sebagai destinasi wisata, tapi juga tempat sakral yang dijaga dengan penuh penghormatan.
“Setiap tahun, warga menggelar larung sesaji sebagai bentuk penghormatan terhadap penjaga laut, sebuah tradisi yang terus dilestarikan hingga kini. “Kami tidak menyembah, tapi menghormati. Ini simbol dari hubungan manusia dan alam,” ucap Ansori
Lebih lanjut, ia mengungkap bahwa di sekitar area pantai terdapat sumur tua yang diyakini sebagai pintu menuju keraton Nyi Roro Kidul. Bahkan, pada tahun 1999, ia mengaku pernah melihat bangunan batu tersusun rapi di sekitar lokasi tersebut.
“Ia juga menyebut bahwa batu Watu Ulo diyakini bisa “bergoyang” bila didekati orang dengan kepekaan batin,” sebutnya.
Sementara Siti, koordinator pengelola Watu Ulo, menambahkan bahwa mitos larangan memakai pakaian merah atau hijau kini sudah mulai ditinggalkan. “Sekarang pengunjung datang dengan warna baju apapun, yang penting tetap menjaga sopan santun dan kelestarian alam.
“Bagi warga dan pengunjung, seperti Yayuk Yohanes dari Balung, keindahan Watu Ulo tetap menjadi daya tarik utama. “Saya dan suami sering ke sini, suasananya tenang dan pemandangannya luar biasa,” katanya.














