Sejarah

Sejarah Putri Sarijati dan Munculnya Asal-usul Desa Sluke di Rembang

917
×

Sejarah Putri Sarijati dan Munculnya Asal-usul Desa Sluke di Rembang

Sebarkan artikel ini
Desa Sluke berasal dari julukan nama seorang perempuan yang tinggal di dusun tersebut. Perempuan itu bernama Putri Sarijati

Rembang, LENSANUSANTARA.CO.ID – Menurut cerita warga desa Sanetan, Sukirno kepada LensaNusantara, Senin (27/10/2025), Desa Sluke berasal dari julukan nama seorang perempuan yang tinggal di dusun tersebut. Perempuan itu bernama Putri Sarijati. Putri Sarijati datang ke dusun itu bersama para pengikutnya untuk menyebarkan agama Islam. Ketika mereka tiba di desa itu, waktu shalat telah tiba. Putri Sarijati dan para pengikutnya ingin melaksanakan shalat, tetapi mereka tidak menemukan air untuk wudhu.

Example 300x600

Putri Sarijati kemudian menusukkan pedangnya ke tanah, dan air pun keluar dari tanah tersebut. Air itu kini dikenal sebagai Sumur Gedhe. Setelah itu, Putri Sarijati dan para pengikutnya melaksanakan salat di masjid yang kini dikenal sebagai Masjid Elor atau Masjid Tiban.

BACA JUGA :
Siapkan Langkah Penangangan Cegah Abrasi di KJB, Pemkab Rembang Susun DED Tahun Depan

“Putri Sarijati kemudian meminta izin kepada penduduk desa untuk membangun rumah untuk dirinya dan para pengikutnya. Penduduk desa memberinya julukan Putri Suluk karena kebiasaan Putri Sarijati yang suka beribadah dan bermunajat kepada Allah SWT. Julukan inilah yang menjadi asal usul nama desa Sluke,” terangnya.

Namun, suatu hari, sekelompok pasukan dari Kerajaan Majapahit datang untuk menyebarkan agama Hindu. Putri Sarijati tidak menyukai hal ini dan memutuskan untuk melawan. Salah satu putra raja Majapahit jatuh cinta pada Putri Sarijati dan ingin melamarnya, tetapi Putri Sarijati menolak karena perbedaan agama. Pangeran itu marah dan memutuskan untuk menyerang kerajaan Putri Sarijati.

BACA JUGA :
Melalui Program Speling, 268 Warga Rembang Terlayani

Sukirno menambahkan untuk menentukan apakah perang akan diterima atau tidak, Putri Sarijati meminta kakaknya, yang merupakan panglima perang, untuk menabuh gong. Jika gong itu berbunyi, maka perang akan diterima, tetapi jika tidak berbunyi, maka perang tidak akan diterima. Gong itu ditabuh, tetapi tidak berbunyi, sehingga perang tidak diterima.

BACA JUGA :
Koperasi Merah Putih di Rembang Sudah Mencapai 100 Persen

“Putri Sarijati kemudian memutuskan untuk memimpin perang sendiri dengan menyamar sebagai laki-laki. Dalam perang itu, Putri Sarijati terluka parah dan akhirnya gugur,” ucapnya.

Sebelum meninggal, Putri Sarijati sempat melarikan diri dan meninggalkan jejak darah yang mengeluarkan bau harum, sehingga daerah itu dinamakan Mbarwangen (Sluke)

Putri Sarijati meninggal di dekat sebuah sungai, yang kini dikenal sebagai Kali Sengok, karena Pangeran Majapahit yang mencintainya menangis dan memeluknya setelah mengetahui identitas sebenarnya.

Desa Sluke berasal dari julukan Putri Sarijati, yaitu Putri Suluk, yang menjadi nama desa tersebut hingga saat ini.