Malang, LENSANUSANTARA.CO.ID – Dunia pendidikan Indonesia kembali memperoleh sosok inspiratif dari kalangan akademisi muda. Adalah Dr. Etty Umamy, M.Pd, seorang dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Wisnuwardhana Malang, yang baru saja meraih gelar doktor dengan capaian luar biasa.
Lahir di Lamongan pada 15 Juni 1990, Dr. Etty menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Universitas Negeri Surabaya hanya dalam waktu 5 semester 4 bulan. Sebuah pencapaian langka di dunia akademik.
Ia menulis disertasi berjudul “Makna Simbol Paradoksal dalam Fiksi Karya Royyan Julian (Kajian Semiopsikoanalisis)”, yang menggabungkan pendekatan sastra, semiotika, dan psikoanalisis untuk mengungkap lapis-lapis makna dalam karya fiksi kontemporer Indonesia.
Dengan IPK 3,93, Dr. Etty membuktikan bahwa kualitas akademik tinggi dapat diraih seiring dengan dedikasi yang konsisten. Fokus keilmuannya mencakup sastra dan pendidikan, dua bidang yang terus ia kembangkan baik dalam pengajaran maupun penelitian.
Sejak tahun 2015, ia mengabdi sebagai dosen di Universitas Wisnuwardhana Malang. Ia mengampu berbagai mata kuliah seperti Prosa Fiksi, Apresiasi Prosa Fiksi, Sosiologi Sastra, Sosiolinguistik, Bahasa Indonesia Keilmuan, hingga Kajian Kurikulum.
Selain itu, ia juga terlibat aktif sebagai Tim Akreditasi Prodi, Tim Penilai Angka Kredit (PAK) Fakultas, hingga pendamping kompetisi debat mahasiswa.
Sebagai akademisi produktif, Dr. Etty telah menulis sejumlah buku ber-ISBN dan tercatat di HKI, seperti Membangun Kreativitas, Komunikasi dan Seni Sastra, Pengantar Ilmu Bahasa, hingga Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Artikel ilmiahnya juga dapat diakses melalui laman Google Schoolar.
Rekam jejak intelektual dan pengabdiannya menjadi cerminan semangat dosen muda yang tak hanya mengajar, tetapi juga terus meneliti, menulis, dan menginspirasi. Dengan bekal akademik dari Universitas Negeri Malang (S1), dan dua jenjang berikutnya dari Universitas Negeri Surabaya (S2 dan S3), Dr. Etty hadir sebagai simbol kemajuan intelektual perempuan muda Indonesia.
“Bagi saya, mendidik adalah menghidupkan nalar dan mengarahkan nurani. Sastra adalah cermin, dan pendidikan adalah jalannya,” ujar Dr. Etty penuh keyakinan.