Pendidikan

Sukses Tiga Bersaudara dari Dusun Lengkong: Buah Manis Jerih Payah di Sawah

1287
×

Sukses Tiga Bersaudara dari Dusun Lengkong: Buah Manis Jerih Payah di Sawah

Sebarkan artikel ini
Tiga (3) bersaudara: Mohammad Hairul dan Ahmad Riadi saat menghadiri wisuda sarjana Cantika Yulia Wida.

Bondowoso, LENSANUSANTARA.CO.ID – Di sebuah dusun kecil bernama Lengkong Timur, Desa Bragung, Kecamatan Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, Madura, pernah hidup sepasang suami istri sederhana nan bersahaja: Muhammad Rasyid dan Siti Badi’ah. Keduanya adalah buruh tani yang menggantungkan hidup pada cangkul, tanah, dan doa. Pendidikan mereka tak sampai tamat SD, tapi tekad dan kasih sayangnya melampaui batas ijazah mana pun.

“Setiap pagi, Ramah (Muhammad Rasyid) berjalan ke sawah dengan pakaian penuh lumpur. Sementara Emmak (Siti Badi’ah) menyusul dan membawakan bekal sederhana, nasi jagung, sambal terasi, dan ikan asin. Di sela kesederhanaan itu, tersimpan cita-cita besar, agar kami bisa hidup lebih baik, berdiri tegak melalui pendidikan”, ungkap Hairul.

Example 300x600

“Asakola pateppa’. Cokop Ramah ben Emmak se malarat alakoh e sabhe. Pesan yang sering diucapkan Emmak (Siti Badi’ah) dengan mata berkaca-kaca. Kalimat sederhana itu menjadi pondasi moral keluarga kami, mengakar kuat dalam ingatan kami, ketiga anak mereka”, tambah Adi.

BACA JUGA :
Dandim 0822 Bondowoso Hadiri Apel Gelar Pasukan Operasi Ketupat Semeru 2022

Dari rumah sederhana berlantai tanah itu, lahirlah tiga anak yang kini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan adalah jalan keluar dari keterbatasan. Anak pertama, Mohammad Hairul, S.Pd., M.Pd., kini tengah menempuh Program Doktoral di Universitas Negeri Surabaya.

Anak kedua, Ahmad Riadi, S.Pd., M.H., menjadi guru, dosen, sekaligus direktur lembaga pendidikan anak di Sumenep. Sedang Si bungsu, Cantika Yulia Wida, S.Pd, tumbuh menjadi perempuan tangguh dan mandiri yang baru saja merayakan wisuda Sarjana Pendidikan Program studi PGSD di Universitas Wiraraja, Sumenep.

Kisah keluarga ini menjadi bukti bahwa pendidikan bukan hak eksklusif bagi mereka yang lahir dari keluarga berada. Pendidikan adalah hak setiap anak , termasuk anak-anak buruh tani dari Lengkong Timur, Guluk-Guluk.

BACA JUGA :
Upaya Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan, Polsek Sukosari Bondowoso Jual Beras Murah

Anak sulung pasangan ini, Mohammad Hairul, menempuh pendidikan dasar di SDN Guluk-Guluk IV Sumenep (lulus 1996), lalu melanjutkan ke MTs 2 Annuqayah Guluk-Guluk (lulus 1999) dan SMAN 5 Pamekasan (lulus 2002). Semangat belajarnya membawanya ke FKIP Universitas Jember (lulus 2007), kemudian menuntaskan Magister Pendidikan di Universitas Negeri Surabaya (lulus 2017). Saat ini, ia sedang menempuh Program Doktoral di Universitas Negeri Surabaya.

Kini ia menjabat sebagai Kepala SMP Negeri 1 Curahdami, Bondowoso, sekaligus Instruktur Nasional Literasi dan Praktisi Mengajar di Universitas Negeri Malang (2025).

Anak kedua, Ahmad Riadi, menempuh pendidikan di MI 2 Annuqayah Guluk-Guluk, MTs 2 Annuqayah Guluk-Guluk, dan SMA Muhammadiyah 1 Sumenep. Ia kemudian meraih gelar Sarjana Pendidikan dari FKIP Universitas Terbuka Surabaya dan Magister Hukum Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Surabaya.

BACA JUGA :
SMKN 1 Grujugan Berkomitmen Produksi Banyak MUKTI

Kini ia aktif mengabdi di tiga ranah sekaligus.Guru SMA Muhammadiyah 1 Sumenep, Direktur Muhammadiyah Children Center Sumenep, dan Dosen Universitas Bahaudin Mudhary (UNIBA) Madura.

Si bungsu, Cantika Yulia Wida Q., S.Pd., menempuh pendidikan di SDN Guluk-Guluk IV, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Guluk-Guluk, dan SMA Muhammadiyah 1 Sumenep. Ia kemudian menyelesaikan studi S1 di Universitas Wiraraja Sumenep.

Kini Cantika berprofesi sebagai guru di MDT Nurul Fatah Parsanga Sumenep, mengabdikan diri untuk membentuk karakter dan moral anak-anak di madrasah.

Dari sawah yang berlumpur itu, kini lahir suara-suara inspiratif di kelas, di podium, di ruang dosen, bahkan di forum nasional bahkan Internasional. Ternyata kemiskinan tidak mesti diwariskan. Semangat dan doa untuk bersungguh-sungguh menuntut ilmu dapat memutus mata rantai kemiskinan.