DUMAI, Lensa Nusantara – “Jangan bilang saya ekstrim karena berjenggot dan memakai baju koko. Saya menghormati perbedaan, baik latar belakang suku atau agama. Dan kami (Paisal-Amris) hadir untuk semua golongan,” demikian pernyataan pamungkas Bakal Calon Walikota Dumai, H Paisal, SKm, Mars saat menyampaikan pidato deklarasi maju Pilkada Dumai 2020 di Ballroom Hotel Comfort Dumai.
Pernyataan yang disampaikan saat deklarasi itu sontak mendapat pujian dari banyak orang. Pujian itu juga datang dari kelompok minoritas yang selama ini menganggap Paisal SKm sebagai sosok fanatik.
”Setelah mendengar pidato yang beliau sampaikan melalui media sosial, ternyata Pak Paisal itu bisa menerima semua agama dan golongan. Malah secara tegas beliau katakan siap memfasilitasi pembangunan rumah adat suku-suku yang ada di Dumai. Suku Tionghoa juga beliau sebutkan,” ujar Asun, salah seorang warga Tionghoa yang menetap di Dumai, Jum’at (04/09/20) malam kemarin.
Hal sama juga diungkapkan warga Dumai asal Tapanuli, Boru Silitonga yang semula antipati kini mengaku jadi simpati. Apalagi Paisal menurutnya sangat bersahabat.
”Orangnya ramah dan mudah tersenyum. Awalnya saya sempat tidak suka karena mendengar cerita dari orang-orang. Tapi setelah melihat langsung, dan mendengar komitmennya, menurut saya dia pantas menjadi pemimpin Dumai kedepan,” ujar Boru Silitonga.
Isu miring memang kerap menerpa Paisal SKm yang kesehariannya sering tampil dengan style celana gantung, memelihara jenggot dan selalu menggunakan peci putih. Kabarnya, isu itu juga yang menjadi alasan Partai Golkar menarik dukungannya. Padahal dalam pergaulannya, Paisal tidak pernah memandang latar belakang suku dan agama seseorang.
Apalagi selaku ASN yang pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Kesra Setdako Dumai, Paisal sering berhubungan dengan banyak kelompok masyarakat dari berbagai latar belakang suku dan agama.
“Salah besar kalau ada yang bilang saya ekstrim dan lain sebagainya. Saya pernah bertugas di bagian Kesra, dan berhubungan dengan banyak orang dengan latar belakang suku dan agama yang berbeda-beda,” paparnya.
Ditegaskan Paisal SKm, dirinya berteman dengan siapa saja. Apalagi Islam juga mewajibkan untuk berbuat baik dengan sesama manusia.
”Perbedaan itu adalah rahmat yang patut disyukuri, bukan untuk ditakuti. Bukankah republik ini juga punya semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Walaupun berbeda-beda, kita tetap satu jua,” ujarnya.
Perbedaan itu, dikatakan Paisal juga ada di Kota Dumai. Terdapat lebih 16 suku dengan beragam agama yang dianutnya.
“Dumai ini heterogen. Namun keheterogenan itu mesti dijadikan sumber kekuatan. Seluruh masyarakat, tidak peduli suku dan agamanya, memiliki tanggungjawab yang sama untuk membangun Dumai yang lebih baik kedepannya,” tegas Paisal SKm.(egi)