Halmahera Utara, lensanusantara.co.id – Musyawarah pemberhentian dualisme kepemimpinan suku adat pagu ini dihadiri oleh 13 anak Desa Pagu dari total keseluruhan 15 Anak Desa adat dengan jumlah peserta 561 orang termasuk pihak keamanan TNI POLRI juga sempat hadir dalam acara tersebut.
Upacara adat ini dipelopori oleh beberapa tetua adat suku pagu selaku tokoh adat diwilayah tersebut dan juga keterwakilan masyarakat yang merasa suku adat pagu perlu dibenahi untuk memilih pemimpin baru yang sebelumnya di pimpin oleh “Simon Toloa dan Afrida Ngato”.
“Agenda ini diselenggarakan oleh panitia Lembaga Pemuda Adat Pagu (LPA PAGU) yang berperan sebagai lembaga kepemudaan secara independen tidak memihak ke salah satu kubuh antara Simon Toloa dan Afrida Ngato”.
Di tengah pelaksanaan musyawarah Adat suku pagu tersebut terjadi gesekan antara pendukung kubuh Simon Toloa dan Afrida Ngato,hal itu tidak berlangsung lama karena sudah dilerai oleh pihak keamanan. upacara ini diselenggarakan di Desa Gayok,Kec.Malifut,Kab.Halmahera Utara.Rabu,4/11/2020
“Kepas Lada waktu di konfirmasi awak media,mengatakan bahwa terjadinya musyawarah Adat suku pagu, karena kepemimpinan sangaji terdapat dualisme di wilayah Adat suku pagu,yaitu Simon toloa dan Afrida ngato,padahal kepemimpinan Sangaji pagu itu hanya satu bukan dua”.tuturnya
Sambungnya,masyarakat Adat suku pagu bersepakat sangaji asli adalah Marga Benteng,Katura Benteng sebagai Sangaji Pagu, sesuai dengan penuturan sejarah para tokoh-tokoh Adat dari 13 keterwakilan Desa tadi.
Prosesi upacara ini berlangsung sesuai mekanisme yang berlaku di adat Sangaji Pagu, pemilihan di lakukan secara aklamasi lewat musyawarah metode yang digunakan melalui percikan air ke kaki sang “Sangaji” terpilih dengan menggunakan rambut perempuan.
Secara terpisah Kepala Suku terpilih Ibu Sangaji “Katura Benteng” kepada awak media lensanusantara menyampaikan bahwa dirinya sangat senang,karna kepemimpinan sangaji Pagu,suda di kembalikan kepada turunan aslinya yaitu Marga Benteng.Tutupnya. (Onisiun Barani)