Berita

Getah Pinus Anjlok Diharga Rp 4 Ribu, Petani di Banjarnegara Mengeluh

×

Getah Pinus Anjlok Diharga Rp 4 Ribu, Petani di Banjarnegara Mengeluh

Sebarkan artikel ini
Petani Penyadap Getah Pinus
Supar, salah satu warga yang puluhan tahun menjalani profesinya sebagai petani penyadap getah pinus. Jumat (23/6/2023). (Foto : Gunawan/ Lensa Nusantara).

Banjarnegara, LENSANUSANTARA.CO.ID – Sejuknya udara pegunungan dengan hamparan hutan pinus yang begitu indah, menghiasi pemandangan perbatasan antara Kabupaten Banjarnegara – Banyumas, terlihat beberapa warga sedang melakukan aktifitasnya mencari sesuatu demi bisa mencukupi keluarganya.

Saat melakukan penjelajahan, media lensanusantara.co.id tertarik untuk mengikuti kegiatan para petani getah pinus. Kali ini wartawan menemui salah satu warga bernama Supar (65), seorang penyadap getah pinus di Banjarnegara, yang selalu melakukan rutinitas keluar masuk hutan hanya demi mengumpulkam setetes demi setetes getah yang menjadi mata pencahariannya setiap hari selama puluhan tahun.

Example 300x600

Aroma pohon pinus, getah pinus yang menyengat, embun pagi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pegunungan tersebut. Warga selama ini melakukan penyadapan getah pinus di lahan milik Perhutani. Bagi mereka pohon yang identik dengan ukuran yang tinggi itu adalah segalanya bagi kehidupan. Semakin banyak getah pinus yang disadap berarti ada jaminan kesejahteraan pada diri mereka.

Tapi sayangnya, saat ini harga getah pinus anjlok, dan tidak sepadan dengan resiko dan tenaga yang dikeluarkan para petani. Bagaimana tidak, setiap satu kilo getah hanya dihargai Rp 4000.

“Saat ini harganya sangat anjlok sekali hanya Rp 4000, tidak sebanding aslinya, tapi mau bagaimana lagi, hanya inilah yang bisa kita lakukan sebagai pekerjaan sehari-hari selama turun temurun, hasilnya pun tidak tentu, dan biasanya kita jual kalau sudah terkumpul banyak, paling sebulan dapat Rp 1.500.000 sudah banyak segitu, itupun masih kotor,” jelas Supar.

Laki-laki yang mengenakan celana pendek biru dan dipingganya sudah terikat sebuah senjata badig yang biasanya untuk melukai batang pohon pinus ke bagian kayu itu juga mengungkapkan, saat ini pasokan getah yang ada dipohon pinus semakin berkurang.

“Sudah berkurang hasilnya, untuk hasil sadapan, sekarang setiap dua hari sekali, dilakukan perangsangan pada tiap luka bekas sadapan, ya tujuannya mencairkan kembali getah pinus, agar kembali keluar,” tambahnya.

Disinilah Pemerintah seharusnya bisa hadir untuk ikut menjamin kesejahteraan petani getah pinus, dan memastikan sebuah kebijakan bisa dikeluarkan untuk mendorong harga menjadi stabil agar meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Banjarnegara. (Gunawan).

**) IIkuti berita terbaru Lensa Nusantara di Google News klik disini dan jangan lupa di follow.