Pamekasan, LENSANUSANTARA.CO.ID – Sempat viral di media sosial fasilitas toilet di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 berbayar Rp 500, sehingga beberapa media mendatangi Sekolah yang berada Jl. Lawangan Daya, Kelurahan Lawangan Daya, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, untuk meminta klarifikasi. Jumat (22/09/2023).
Kepala Sekolah (Kepsek) MAN 1 Pamekasan, No’man Affandi memberikan klarifikasi, menanggapi persoalan yang sempat viral dan meresahkan masyarakat. Menurutnya, persoalan tersebut merupakan kesalahpahaman yang terjadi di instansi yang dipimpinnya.
No’man menerangkan, sejak ia ditugaskan pada tahun 2018 di MAN 1 Pamekasan banyak sarana dan prasarana yang perlu pembenahan dan penyempurnaan, sehingga menyimpulkan kamar mandi sudah tidak layak dan jumlah tidak sesuai dengan kebutuhan.
Selanjutnya, ia menjelaskan jika di MAN 1 Pamekasan sebelumnya hanya ada tiga kamar mandi di selatan untuk murid putri dan tiga kamar mandi di utara untuk murid putra. Namun untuk di kamar mandi murid putra dinilainya kurang referesentatif.
Lanjut Kepsek lagi, pada masa kepemimpinannya ia akui ada sedikit mengalami permasalahan yang diantaranya kamar mandi yang sering digunakan murid untuk berlindung ketika jam pelajaran.
“Ijin mau ke kamar mandi tapi disana ternyata tidak pipis, tapi hanya untuk berlindung,” ujarnya.
Bahkan, lanjutnya, kadang kamar mandi digunakan untuk merokok. Kata dia, meskipun itu salah satu hal yang wajar sebagai proses pendewasaan.
“Akan tetapi perlu kita lakukan pembinaan,” imbuhnya.
Ditambahkannya, yang membuat pihaknya berfikir panjang juga karena terkadang ada yang kencing di bak mandi. Dan juga ketika jam olahraga kadang dibuat untuk mandi dengan menceburkan kedalam bak tersebut. Sehingga airnya menjadi keruh dan kadang baunya kurang sedap.
“Kadang pak kebun mengisi kamar mandi, kadang kran yang dibawah itu kalau mau mencuci itu dibuka murid, sehingga ketika ngisi tidak pernah penuh dan kelihatan tidak ada airnya. Anak-anak pun juga menjadi ramai,” tuturnya.
Dengan demikian, menurutnya perlu adanya pembelajaran semacam pembinaan ketika membuat kesalahan, meskipun bukan karena mau membuat masalah.
“Tugas kita adalah membimbing mereka ke arah yang lebih baik,” tukasnya.
Masih kata No’man, jika hanya di kamar mandi laki-laki saja yang berbayar Rp 500 saat jam pelajaran pada saat itu. Berbayar itu juga imbuhnya dalam rangka sebagai bentuk pembelajaran bahwa kebiasaan yang kurang bagus tidak dihalalkan oleh pihaknya sehingga tidak menjadi sebuah karakter ketika mereka (siwa) berada diluar.
“Alhamdulillah sepi pengunjung, hanya anak-anak yang memang punya kepentingan buang air kecil yang datang kesana. Tapi saya katakan, kalau ada anak yang mau ke kamar mandi tidak punya uang ya tetap diperbolehkan dan juga dalam rangka biar tidak sedikit-sedikit mau ke kamar mandi,” tuturnya.
Setelah beberapa pekan diberlakukan berbayar murid menjadi tertib, dan sejak saat itu pula tidak lagi berbayar.
“Hanya tiga pekan saja diberlakukan dan hasil dari uang itu kami serahkan ke masjid sebagai bentuk amal jariyahnya anak-anak,” terangnya.
Pihaknya menegaskan jika hal tersebut dilakukan tidak ada unsur kepentingan apapun, hanya sebatas ingin mendidik agar mereka mempunyai kebiasaan yang baik.
“Tapi kalau ini dipandang salah kami mohon maaf, tapi kami ingin menjadikan anak-anak kami menjadi anak yang sholeh,” harapnya. (Rofiuddin).