Pendidikan

Sasar Dunia Pendidikan, Mahasiswa KKNT UTM Gelar Workshop Tari Topeng Ghetak Khas Pamekasan di SDN 03 Tanjung

×

Sasar Dunia Pendidikan, Mahasiswa KKNT UTM Gelar Workshop Tari Topeng Ghetak Khas Pamekasan di SDN 03 Tanjung

Sebarkan artikel ini
Dosen Pendamping Lapangan (DPL) KKNT UTM di Desa Tanjung, Pamekasan
Budi Hartono saat memperagakan Tari Topeng Ghetak yang merupakan tarian khas Pamekasan kepada guru-guru di SDN 03 Tanjung, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Jumat 13/10/2023 pagi. (Foto: KKNT UTM/LensaNusantara)

Pamekasan, LENSANUSANTARA.CO.ID – Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM) melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) di Desa Tanjung, melaksanakan salah satu programnya dengan menggelar workshop Tari Topeng Ghetak tari tradisi khas Pamekasan di SDN 03 Tanjung, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Madura, Provinsi Jawa Timur. Jumat (13/10/2023).

Pada kegiatan workshop ini Mahasiswa KKNT UTM menghadirkan Narasumber M. Budi Hartono yang merupakan pelestari Tari Topeng Ghetak Pamekasan.

Example 300x600

M. Budi Hartono sangat mengapresiasi kegiatan workshop Tari Topeng Ghetak yang diadakan oleh Mahasiswa KKNT UTM di SDN 03 Tanjung, menurutnya langkah itu untuk belajar dan mengenalkan tarian khas daerah ke ranah dunia pendidikan.

“Kebanyakan yang tau dari kita kan tari itu hanyalah orang-orang yang masuk ke sanggar, tapi dengan adanya workshop ini guru juga dapat belajar dan ikut menari,” ucapnya.

Meskipun secara titik letak dan jarak SDN 03 Tanjung ini jauh dari kota Pamekasan, akan tetapi dengan adanya kegiatan yang diadakan mahasiswa KKNT UTM ini sangat terbantukan.

“Harusnya ada pemerataan secara materi dan budaya. Agar kesenian ini dikenalkan ke seluruh plosok-plosok,” ujarnya.

Menurut Budi, secara sifat Tari Topeng Ghetak ini merupakan tari tunggal. Tarian yang sifatnya tokoh tidak akan duet atau secara berkelompok.

“Cuman jika dalam sebuah acara misalnya, mau pakai lima atau sepuluh orang ya silahkan tergantung sesuai kebutuhan saja. Tapi dari sistem penyajiannya itu tetap tari tunggal,” jelasnya.

Dikatakan Budi, setiap daerah memang mempunyai ciri khas masing-masing yang menjadi identitas pada tarian.

“Yang mungkin agak sedikit menjadi ambigu pada orang-orang adalah, Prabu Baladewa itu kalau di Jawa itu kan dikenal topengnya warna merah, cuma kalau di Pamekasan warnanya jadi putih, mungkin perbedaannya disitu. Jadi kalau di Jawa kan Topeng Ghetak itu dikenal yang mungkin sosoknya jahat terus pemarah,” paparnya.

Padahal kata Budi, sebenarnya kalau ingin mengenal lebih jauh tentang Prabu Baladewa itu sebenarnya tidak jahat, hanya tempramennya saja mudah marah.

“Dahulu Raja Pamekasan senang kepada Prabu Baladewa karena mulai dari karakteristik, gaya bicaranya terus sosoknya yang pemberani juga tipe-tipe orang Madura banget. Makanya dalam kisah pewayangan nama lain dri Prabu Baladewa itu Prabu Notomanduro yang artinya menata Madura,” terangnya.

“Karena raja Pamekasan dulu mengidolakan sosok Prabu Baladewa dan tidak ingin sosok yang diagung-agungkan memiliki warna yang tidak baik didalam tokoh pewayangan, akhirnya di Pamekasan diubah warnanya menjadi putih,” imbuh Budi.

Kepala Sekolah SDN 03 Tanjung, Drs. Harun Al Rasid merasa cukup terbantu dengan adanya kegiatan workshop ini, ia juga mengaku banyak mendapatkan ilmu tentang Tari Topeng Ghetak yang menjadi ciri khas tarian dari Pamekasan ini.

“Kegiatan ini cukup menjadi pembelajaran bagi kita semua sebagai guru untuk diterapkan nantinya kepada murid-murid,” kata Kepala Sekolah.

Parrisca Indra Perdana, Dosen Pendamping Lapangan (DPL) KKNT UTM di Desa Tanjung ini menyampaikan, bahwa kearifan lokal itu harus melekat pada masyarakat, tarian khas Pamekasan itu ada Tari Topeng Ghetak dan Tari Rondhing. Sedangkan Tari Topeng Ghetak ini sudah menjadi warisan tak benda yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran di Sekolah Dasar.

“Prinsip awal yang mendasar untuk melestarikan dan melindungi sejak awal dimulai dari sekolah agar ada rasa memiliki sejak dini,” ujar Parrisca.

Parrisca berharap, kegiatan seperti ini bisa sampai kepada masyarakat secara keseluruhan.

Farhan salah satu mahasiswa KKNT Universitas Trunojoyo Madura ini mengatakan, diadakannya workshop ini untuk mengajak masyarakat menjadi lebih semangat untuk mencintai tarian lokal, tetap melestarikan dan mempertahankan Tari Topeng Ghetak ini yang sudah menjadi tarian khas dari Pamekasan.

“Saya berharap, Dinas terkait agar mengadakan kegiatan rutinan seperti ini agar Tari Topeng Ghetak bisa dikenal dan bisa dipahami oleh masyarakat,” harapnya. (Rofiuddin).

**) IIkuti berita terbaru Lensa Nusantara di Google News klik disini dan jangan lupa di follow.