Bisnis

Kreatif, Pria di Banjarnegara Merubah Lahan Sempit Menjadi Lokasi Media Tanam Hidroponik

×

Kreatif, Pria di Banjarnegara Merubah Lahan Sempit Menjadi Lokasi Media Tanam Hidroponik

Sebarkan artikel ini
Lahan Sempit
Eka Hardianto, menunjukan melon hasil menanam dari media hidroponik, Jumat, 20/10/2023. (Foto : Gunawan/LensaNusantara).

Banjarnegara, LENSANUSANTARA.CO.ID – Jiwa kreatif dan inovatif, mungkin saat ini layak bagi Eka Hardianto, yang berani mengambil tantangan merubah keterbatasan lahan untuk dijadikan peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Dilahan ukuran 15 x 3 meter, dirinya merubah lahan yang semula kosong menjadi tempat media tanam hidroponik, sistem fertigasi tetes, atau kokopid.

Ditemui di lokasi, laki-laki yang pernah bekerja di pelayaran kelahiran Pakikiran, Banjarnegara, Jawa Tengah itu, saat ditemui lensanusantara.co.id mengungkapkan, dirinya tertarik menanam dengan media tanam hidroponik awalnya hanya sekedar hobby, setelah dirasa berhasil dan menjanjikan, dirinya langsung mengembangkannya menjadi sebuah pekerjaan yang menjanjikan.

Example 300x600

“Awalnya hanya coba-coba, daripada lahan nganggur, saya merubahnya menjadi tempat untuk menanam dengan media hidroponik, dan ternyata bisa berhasil. Awalnya sayur, kalau melon ini baru mulai pada Agustus 2023 lalu,” ungkap Eka, Jumat (20/10/2023).

Saat ini, lokasi sempit yang terbuat dari bahan utama baja ringan dan pagar terbuat dari bahan Insegnet untuk mencegah serangga masuk tersebut, tertanam tiga melon dengan jenis berbeda.

“Ada tiga jenis melon ini, Galia, Sweet Net dan Hamigua, dan untuk jenis ini nanti bulan November sudah siap panen, tapi sebelumnya kita nanti akan lakukan uji tingkat kemanisannya dulu, apakah sudah pas atau belum.Kalau ini sudah pesanan teman, dan kadang juga kita menjual dengan sistem online, dengan harga Rp 35 ribu per kilonya,” jelasnya

Pria yang akrab dipanggil Eka itu juga menyebut risiko tanaman hidroponik lebih kecil, dan jika panen bisa menghasilkan keuntungan besar, juga pupuk yang digunakan jauh lebih irit dibandingkan menanam di area persawahan.

“Pola tanam seperti ini tidak membutuhkan banyak pupuk, untuk perbandingannya 1 liter baku, dicampur dengan pupuk A dan B ukuran hanya 5ml, sampai panen hanya butuh 35 liter air ini, jadi sangat irit sekali. Kalau ini kita menggunakan bahan serabut kelapa, tapi kalau untuk menanam sayur memakai namanya rockwool,” paparnya.

Ditanya apakah ada kendala dalam pemasaran, Eka mengatakan. “Pemasaran pun aman karena banyak peminatnya,” singkatnya.

Cita-cita dirinya saat ini adalah ingin menciptakan sebuah wisata agro dan edukasi bagi siapapun yang ingin belajar menanam seperti dirinya, yang saat ini sudah dimulai dari dunia pendidikan.

“Saat ini sudah mulai pemasangan etalase ke sekolahan, khususnya SD, kan sekarang ada namanya program sekolah penggerak, jadi masuknya ke edukasi, dan juga keinginan membuat wisata agro sistem hidroponik kedepan juga sebagai tujuan utama,” pungkasnya. (Gunawan).

**) IIkuti berita terbaru Lensa Nusantara di Google News klik disini dan jangan lupa di follow.