Daerah

Harga Bahan Baku Langka dan Naik, Pengusaha Gula Jawa di Banjarnegara : Tidak Sebanding Harga Jual

×

Harga Bahan Baku Langka dan Naik, Pengusaha Gula Jawa di Banjarnegara : Tidak Sebanding Harga Jual

Sebarkan artikel ini
Pemilik UD Berkah Sugar
Tumpukan gula pasir lokal, terlihat di gudang UD Berkas Sugar, yang baru didatangkan dari Jawa Barat, Kamis, 9/11/2023. (Fot : Gunawan/LensaNusantara).

Banjarnegara, LENSANUSANTARA.CO.ID – Menjelang Natal, Tahun Baru dan Pemilu 2024, bahan baku pembuatan gula jawa di Kabupaten Banjarnegara mulai sulit didapatkan. Tidak hanya itu, kenaikan harga yang hampir setiap hari mengalami lonjakan, membuat para pengusaha memutar otak agar usaha tidak berhenti.

Langka dan mahalnya bahan baku, ternyata juga berimbas pada harga jual, seperti tidak sebanding dengan pengeluaran. Gula pasir lokal yang biasanya diharga Rp 13,500,- kini menjadi Rp 14,500,- per kilo. Glukosa yang biasanya menjadi bahan utama dalam perekat, juga mengalami kenaikan, dari harga Rp 9000,- menjadi Rp 9,500,-.

Example 300x600

“Harga pokok naik semua saat ini, apalagi gula pasir dan glukosa, jadi saat ini kalau di kalkulasi antara pengeluaran dengan harga jual tidak seimbang. Tapi ya bagaimana lagi, kita juga harus jalan terus, tidak mungkin kita tutup,” jelas Sugeng, Pengusaha Gula Jawa saat ditemui di gudang tempat usahanya, Kamis (9/11/2023).

Tidak hanya masalah gula pasir dan glukosa yang mengalami kenaikan, kendala lain bahan utama dalam pembuatan gula jawa yaitu moralis atau tetes tebu, juga saat ini sangat sulit didapatkan.

“Molaris atau tetes tebu saat ini sulit, kita biasanya datangkan dari daerah Cilegon. Makanya kemarin kita sempat tutup satu minggu juga, karena memang tidak ada bahan, bisa tidak bisa ya para pekerja juga ikut libur, mungkin karena efek dari penggilingan rafinasi di pabriknya, jadi sulit,” ungkap pemilik UD Berkas Sugar itu.

Masih kata Sugeng, untuk harga saat ini di angka Rp 14,500,- itupun tambahnya harus melakukan transaksi penawaran sama dengan juragan gula di beberapa daerah di Jawa Barat.

“Kalau harga stabil kan hanya Rp 13,500,- per kilo-Nya, hanya bisa mengambil keuntungan Rp 300 perak, musim kemarau saat ini juga terdampak ke petani, makanya para pengepul memainkan harga seenaknya sendiri, karena pasokan turun sampai 70 persen, saat ini untuk air lira yang didapat para penderas,” jelasnya.

Tidak hanya gula jawa pabrikan yang terkena dampak, musim kemarau juga sangat dirasakan petani lira, salah satunya Suwardi, selama tidak ada hujan, air yang didapatkan dari lira yang keluar dari bunga kelapa sangat berkurang sekali.

“Biasanya sehari dapat 5 sampai 6 kilo gula jadi, tapi saat ini susah, paling hanya dua kilo. Kalau kita jual Rp 15.000, berarti baru dapat Rp 30.000, itupun langsung habis buat bayar hutang warung,” keluh Suwardi, yang sehari bisa memanjat sekitar 20 pohon kelapa.

Kabupaten Banjarnegara selama ini memang terkenal salah satu daerah dengan pemasok gula jawa asli di Jawa Tengah, namun selama beberapa bulan mulai mengalami penurunan, sehingga banyak petani lira banting setir menjadi kuli proyek sambil menunggu musim hujan datang.

“Banyak petani gula saat ini kerja proyek, demi untuk memenuhi kebutuhan, kalau diam ya tidak makan keluarga,” pungkas Suwardi. (Gunawan)

**) IIkuti berita terbaru Lensa Nusantara di Google News klik disini dan jangan lupa di follow.