Pangandaran, LENSANUSANTARA.CO.ID – Pemerintah Kabupaten Pangandaran melalui Sekretariat Daerah mengadakan acara sosialisasi pembangunan tahun 2024 di Hotel Laut Biru Pangandaran pada hari Rabu 06 Desember 2023 pukul 09.00 WIB pagi.
Acara tersebut diikuti oleh beberapa peserta sebanyak 37 daftar undangan, dari TNI, Polri, anggota dewan, LSM, Lembaga Keagamaan, Lembaga Organisasi, Forum keagamaan, perwakikan kepala sekolah SD dan SLTP, dan perwakilan RT, RW serta Linmas. (07/12/2023).
Kegiatan acara tersebut di upload oleh akun Facebook @Nurzaman Sutrisno sehari yang lalu, ada dua video postingan, postingan yang pertama pada acara tersebut ada pertanyaan dari salah satu peserta rapat, yang nampaknya orang tua seorang laki-laki memberikan pertanyaan dengan Bahasa Sunda.
“Upami bade nganjuk deui nu kamari ge kasep? can kabayar, taah kitu tah pak, mung panginten simkuring mah kumaha carana da masyarakat simkuring. Utaminamah ka bapa da sakedap deui ge bapa bade liren, da mudah-mudahan simkuring mah hawatos ka bapa, atuh kumaha carana ulah waka nganjuk, urang bayaran be heula hutang”.
(Kalau mau pinjam lagi yang kemaren juga tampan (sebutan ke bupati)? belum ke bayar, nah begitu pak, kalau saya mah bagaimana caranya kan masyarakat saya. Utamanya ke bapak (Bupati) kan sebentar lagi mau berhenti, kan mudah-mudahan saya mah kasihan ke bapa, bagaimana caranya jangan dulu ngutang, kita bayar dulu hutangnya).
Dalam postingan video yang kedua nampak Bupati Pangandaran dan peserta ada tanya jawab.
Bupati. “Tahun 2021 dibayar pak, tahun 2022 salila tujuh bulan (tahun 2022 selama tujuh bulan),” jawab Bupati.
Peserta. “Etangan simkuring anu teu acan dibayar teh dua puluh delapan bulan dugi ka Desember teh, tah eta bade dibayar moal, upami bade dibayar bade di antosan, pami moal nya atos wee ah. (hitungan saya yang belum dibayar itu dua puluh delapan bulan sampai bulan Desember. Nah itu mau dibayar atau tidak, kalau mau dibayar akan saya tunggu kalau tidak akan dibayar ya sudah lah),” tanya peserta lagi.
Bupati. “Tahun 2021 sudah dibayar?,” tanya Bupati.
“Jadi begini pak, sebetulnya tidak ada kewajiban yang mengikat daerah bayar diluar Silpa, jadi tidak ada kewajiban pemerintah untuk membayar Silpa, tetapi kita Pangandaran sebagai yang memahami penguatan desa itu mensejahterakan perangkat desa akan diberikan, jadi tunjangan perangkat desa itu hanya ada di Pangandaran, dan tentu berjalan dan sebagainya, dan maka fortopolio itu akan menjawab semua itu, apakah jadi rapel atau tidak?, nanti kita lihat,” jawab Bupati lagi.
“Fortopolio ini adalah bagian dari penyehatan, ada delapan item yang tadi dijalankan kembali fortopolio ini, didalamnya bagi hasil, tunjangan perangkat dan sebagainya, pak kuwu jelas yaa, jelas? ucap Bupati.
Peserta. ” Muhun pak, abdi ge ngartos perkawis etamah, abi mah anu janten pertarosan teh eta wungkul, bade dibayar moal, pami bade dibayar bade di antosan, pami moal ah atos bee. (Iya Pak, saya juga mengerti masalah itu, yang saya jadi pertanyaan cuma itu saja, mau dibayar apa ngga, kalau mau dibayar mau saya tunggu, kalau tidak ya sudah lah),” tanya peserta lagi dalam unggahan tersebut.
Bupati. “Sementara sudah dibayar satu bulan, itu untuk sementara,” pungkas Bupati menjawab pertanyaan peserta tersebut.
Diakhir video disambung celenehan perserta lain dalam akhir video tersebut “ jadi moal cenah ang gendi..moal…? pak wanto moal cenah..? Bade bade.. Ooh bade cenah.. (Jadi engga katanya kak gendi.. engga…? Pak wanto engga katanya…? akan.. akan.. Ooh akan dibayar katanya..).
Sambung Bupati dalam video tersebut “ ieu mah aya dina medsos dikekeyek ieu mah euweuh nu ngalwan, nu mantuan”.
Dari setatus tersebut berbagai macam tanggapan dari nitizen. (N.Nurhadi)