Jember, LENSANUSANTARA.CO.ID – Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia, Prof. Dr. (H.C.) K.H. Ma’ruf Amin melakukan kunjungan kerja ke PT Semen Imasco Asiatic dalam rangka pemberian 10.000 bantuan stunting untuk warga Jember.
Dalam kunjungan Wakil Presiden kali ini, RSD Balung sebagai salah satu OPD di Pemkab Jember, juga terlibat aktif dalam segi persiapan pengamanan kesehatan, Sabtu (9/12/2023).
Humas RSD Balung Rangga A Akananta mengatakan, Tim Medis 118 RSD Balung bertugas sebagai tim kesehatan dan bertugas di sekitar PT Semen Imasco Asiatic. Tim yang bertugas antara lain dr. Doddy R. Sakti, Nur Kholis Majid, S.Kep, Ns, Khosiatu Waviroh, Amd.Kep dan Anang Furqon.
“Selain Wakil Presiden, dalam kegiatan tersebut hadir juga Gubernur Jawa Timur Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si. dan Bupati Jember Ir. H. Hendy Siswanto S.T, IPU. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Wakil Presiden hadir dalam rangka program CSR dari PT Semen Imasco Asiatic yang berupa pemberian 10.000 paket bantuan stunting untuk masyarakat Jember,” terangnya.
Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten prioritas dalam penyelesaian permasalahan stunting di Indonesia. Sekitar 17 ribu dari 180 ribu balita di Jember terkena stunting, dengan angka kematian ibu tertinggi di Jawa Timur, yaitu sekitar 4 kematian per bulan di tahun 2021. Pada tahun 2020 kasus stunting dan wasting sebesar 13,73 % turun 1,99 % menjadi 11,74 % pada tahun 2021 dari hasil kegiatan operasi timbang. Angka tersebut terbilang masih cukup tinggi.
“Sehingga perlu adanya program untuk penurunan kasus stunting dan wasting, Selain itu, Kabupaten Jember merupakan 5 dari 100 kabupaten/kota yang warganya masih mengkonsumsi air minum tidak sehat (YAPPIKA-ActionAid,2021),” imbuhnya.
Lebih lanjut, stunting dapat mempengaruhi kualitas hidup manusia sehingga perlu upaya pencegahan dan penurunan kasus stunting dan wasting. Di tahun 2023, Pemerintah Kabupaten Jember memberikan perhatian lebih kepada kasus stunting. Saat ini Jember masih menjadi salah satu daerah dengan kasus stunting tertinggi di Jawa Timur.
“Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah yang disebut stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan, anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya,” terang Humas RSUD Balung.
Tentunya kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti diketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya. Bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan.
“Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah. Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global,” pungkasnya. (Dri).