Banjarnegara, LENSANUSANTARA.CO.ID – Zaman modern, segala bentuk mainan anak-anak hingga remaja juga tidak kalah majunya dengan peralatan-peralatan yang biasanya dimiliki hanya orang kaya saja, juga saat ini sudah bisa dibeli kalangan menengah kebawah, meskipun tidak semua masyarakat punya.
Mulai jenis mobil-mobilan, pesawat, robot yang dilengkapi baterai hingga remote, yang dulu dihargai jutaan, saat ini hanya dengan puluhan ribu sudah dapat membelinya. Sehingga segala bentuk permainan jaman dulu (jadul) sudah jarang digemari anak-anak zaman sekarang.
Meskipun dalam gempuran segala jenis mainan serba modern, semua itu tidak membuat patah semangat dan pantang menyerah seorang pedagang asongan di Banjarnegara, Jawa Tengah yang tetap menjual mainan yang bisa dibilang ketinggalan zaman.
Ia menjajakan dagangannya yang berupa mainan kepompong yang masih hidup dan hanya yang di cat warna warni.
Agus, pria berumur sekitar 40 tahunan yang merupakan warga Desa Karangjati, Kecamatan Susukan ini, hingga sekarang masih tidak menyerah untuk berkeliling menjajakan sebuah mainan jadul berupa kepompong dan aksesorisnya yang di cat warna warni dari satu tempat ke tempat lainnya, agar bisa mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya.
Saat lensanusantara.co.id mengunjungi rumahnya yang terletak di depan Masjid Zulkarnaen, terlihat di meja banyak mainan yang terbuat dari spon yang sudah dirangkai beberapa bentuk sebagai wadah kepompong.
Kepada wartawan dirinya mengungkapkan, meskipun hasilnya tidak menentu dan terkadang pulang dengan tangan hampa, akan tetapi dirinya tidak patah semangat untuk menjual mainan yang biasanya disukai anak-anak TK hingga SD tersebut.
“Sedapatnya mas, apalagi saat ini kan banyak mainan bagus-bagus, ada robot, mobil-mobilan, pesawat, hingga yang memakai remote yang saat ini banyak digemari anak-anak, yang penting sabar dan syukuri aja mas berapa dapatnya. Allah kan sudah mengatur rejeki umatnya, namanya juga orang usaha,” ungkap Agus, Senin (25/3/2024).
Ditanya darimana dirinya memperoleh kepompong berbagai jenis dan bentuk?. Agus mengatakan, jika kepompong tersebut ia ambil dari temannya.
“Sistem bayar tunai, jadi kalau ada yang mati ya sudah resiko dan tanggung jawab saya, kalau ini kayak busa ini kalau lepas atau rusak masih bisa diperbaiki,” katanya sambil menunjukan beberapa aksesories tambahan untuk kepompong layaknya seperti film kartun Spongebob.
Dari jualan kepompong dan aksesorisnya tersebut, pria yang mempunyai dua anak itu membeberkan, dalam sehari pendapatan yang diperolehnya tidak menentu, tergantung hoky, apalagi memasuki bulan puasa 1445 H, menurutnya banyak sekolahan yang libur.
“Kalau pendapatan tidak tentu mas, kadang lumayan, kadang juga gak laku sama sekali pernah, kan mainan kepompong ada yang takut ada yang tidak, kalau harga sih murah, satunya cuma Rp 1000 sampai Rp 3000, tergantung besar kecilnya, kalau aksesories ini, ada yang Rp 5000 ada juga yang Rp 20.000, tergantung selera, tapi ini banyak istirahatnya mas. Bulan puasa banyak sekolahan yang libur, padahal lebaran kebutuhan anak banyak,” jelas Agus.
Mekipun dengan keterbatasan modal yang dimiliknya, nampak dari sorot mata Agus nampak keikhlasan dalam menjalani kenyataan hidup terlihat, meskipun beratnya ujian hidup, namun dihadapi dengan berusaha tersenyum tanpa putus asa.
“Jangan pernah putus asa dengan ujian yang Allah berikan kepada kita, jalani saja dengan penuh keikhlasan. Nanti pasti akan ada jalannya, karena Allah menguji umatnya tidak keluar dari batas kemampuannya,” pungkas Agus. (Gunawan)