Banjarnegara, LENSANUSANTARA.CO.ID – Ribuan masyarakat Desa Gumelem kulon dan wetan, Kecamatan Susukan, mengikuti grebeg Suran di komplek makam Sunan Geseng yang lokasinya berada di atas bukit tringgiling. Meskipun berjalan dengan jarak medan naik sekitar 1,5 km dengan membawa gunungan hasil bumi, namun demi menjaga sebuah tradisi yang sudah turun temurun tersebut, seolah rasa capek, lelah, haus tidak mereka hiraukan.
Dengan mengambil tema “Even Budaya Grebeg Suran Sunan Geseng Festival 2024” kegiatan tahunan tersebut juga dihadiri PK Bupati Banjarnegara Muhammad Masrofi, Kepala Dinas Pariwisata Tursiman, Forkopimcam Susukan, serta beberapa tamu undangan lainnya.
Dengan dimeriahkan beberapa hiburan, seperti tarian anggota PKK Gumelem kulon, ketoprak, atraksi perguruan silat kera sakti, acara yang penuh dengan kesakralan itu juga sebagai wujud meminta berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kepada awak media, PJ Bupati Muhammad Masrofi mengungkapkan, tradisi dan budaya yang sudah turun temurun seperti grebeg suran memang harus selalu dilestarikan.
“Tradisi dan budaya seperti ini memang harus dilestarikan, karena ini adalah alah satu warisan para leluhur yang telah mendahului kita, serta acara seperti ini selain bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan juga mendoakan para leluhur yang sudah lebih dulu meninggalkan kita,” jelas Masrofi.
Terkait pandangan tentang grebeg Suran dan masih kurangnya perhatian Pemerintah Daerah tentang wisata religi, kepada lensanusantara.co.id Kepala Dinas Pariwisata Tursiman mengatakan,” Gumelem ini sangat menarik disaat dikembangkan menjadi wisata yang besar, karena budaya dan wisata itu berkaitan, jadi bisa menjadi daya tarik, Gumelem ini komplit, selain ada situs budaya ada, panas buminya juga ada, dan terkait kurang perhatiannya kita akan kordinasi dengan beberapa pihak, dan saat ini kita ada tim cagar budaya,” jelasnya usai acara ziarah ke Makam Sunan Geseng.
Sementara menurut Kepala Desa Gumelem Kulon Arief Mahbub, grebeg Suran yang diadakan setiap bulan Muharram tersebut, tidak lain sebagai wujud nguri-nguri budaya yang ada di Desanya.
“Ini adalah sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT, dan Alhamdulillah antusias masyarakat begitu luar biasa dalam menjaga tradisi ini, karena antara Gumelem kulon dan wetan, acara ini rundown dimulai sejak 11 Juli kemarin dan akan berakhir Minggu 14 Juli besok, dengan diawali pentas seni dan kuda kepang,” jelas Kades Mahbub.
Ditanya terkait pentingnya museum untuk penyimpanan pusaka, Kades yang juga salah satu ulama Banjarnegara itu menambahkan,” memang penting, karena perlu diketahui Gumelem ini dulunya adalah kademangan, yang memang banyak pusaka yang di miliki para leluhur, jadi harus dibingkai dengan apik, yang memang harus diadakan pengembangan, karena gumelem kulon dan wetan itu adik kandung dulunya, masih ada garis dari kraton Yogyakarta,”pungkasnya. (Gunawan)