Politik

Rekom Gerindra di Pilkada Pangandaran 2024 Tuai Kontroversi, Timbulkan Dua Reaksi Internal Partai dan Koalisi

×

Rekom Gerindra di Pilkada Pangandaran 2024 Tuai Kontroversi, Timbulkan Dua Reaksi Internal Partai dan Koalisi

Sebarkan artikel ini
Rekomendasi Gerindra
Ujang Endin (kiri), Dadang Solihat (kanan) yang sama-sama diberikan rekomendasi dari Partai Gerindra, (Foto : N. Nurhadi/Lensa Nusantara)

Pangandaran, LENSANUSANTARA.CO.ID – Dalam sorotan terbaru terkait Pemilihan Kepala Daerah Pangandaran 2024, rekomendasi Partai Gerindra yang mengusung Dadang Solihat sebagai Calon Bupati telah menciptakan gelombang reaksi yang luas. Senin, (12/08/2024).

Tedi Yusnanda N, pegiat Sarasa, memberikan analisis mengenai dampak dari keputusan tersebut terhadap dinamika politik lokal. Keputusan ini tampaknya tidak hanya mengundang ketidakpuasan dari beberapa pihak, tetapi juga memicu pertanyaan tentang soliditas koalisi yang ada.

Example 300x600

Awalnya, telah mencapai kesepakatan bahwa posisi Calon Bupati akan diberikan kepada Ujang Endin, sementara Dadang Solihat akan mencalonkan diri sebagai Wakil Bupati.

Kesepakatan ini dirancang sebagai strategi koalisi untuk memaksimalkan peluang kemenangan. Namun, keputusan Gerindra untuk memberikan rekomendasi kepada Dadang Solihat sebagai Calon Bupati telah mengguncang struktur yang telah dibangun.

Bahkan menurut Tedi Yusnanda N, langkah Gerindra ini telah menciptakan dua reaksi besar dari dalam internal partai dan koalisi.

Ujang Endin merasa dikhianati oleh perubahan mendadak tersebut. Sebagai Cabup yang awalnya disepakati, ia kini berada dalam posisi yang sulit, mengingat rekomendasi yang diberikan kepada Dadang Solihat bertentangan dengan kesepakatan awal.

Perasaan dikhianati ini semakin diperburuk oleh fakta bahwa kubu Iwan Sutiaman, Ketua Gerindra Pangandaran, juga merasa diabaikan dalam proses ini.

Iwan Sutiaman yang sebelumnya diharapkan mendapatkan dukungan sebagai kader senior justru tidak mendapatkan rekomendasi yang diharapkan, sehingga menimbulkan kekecewaan mendalam didalam tubuh partai.

Lebih menarik lagi, Dadang Solihat, yang mendapatkan rekomendasi dari Gerindra, ternyata memiliki KTA sebagai kader PKB.

Fakta ini menambah kompleksitas dinamika politik karena menggarisbawahi kemungkinan adanya pergeseran kepentingan dan aliansi yang mungkin tidak sepenuhnya transparan.

Ini menciptakan spekulasi tentang adanya pengaruh dari Pengurus Pusat Partai Gerindra yang mungkin berdampak pada keputusan akhir.

Kekecewaan dan ketidakpuasan yang timbul dari berbagai pihak ini menimbulkan pertanyaan penting mengenai masa depan Koalisi Bangkit Maju Sejahtera.

Dengan PKB, PKS, dan Gerindra sudah menyatakan dukungan untuk Dadang Solihat, sisa dukungan dari Golkar dan PAN menjadi krusial. Golkar, yang masih memproses rekomendasi untuk Ade Ruminah, dan PAN yang saat ini memunculkan dua nama yaitu Ujang Endin dan Ino Darsono masih menjadi variabel penting yang akan mempengaruhi konstelasi politik ke depan.

Tedi Yusnanda N menilai bahwa keputusan Gerindra tidak hanya berpotensi merusak soliditas koalisi tetapi juga memperbesar kemungkinan terjadinya perpecahan di kalangan partai-partai yang terlibat.

Dengan pendaftaran calon yang semakin dekat, ketidakpastian ini akan menjadi faktor utama yang menentukan apakah koalisi ini dapat tetap utuh atau justru akan terpecah.

Dalam suasana politik yang penuh ketidakpastian ini, masyarakat dan pengamat politik menunggu dengan antusias untuk melihat bagaimana koalisi dan para calon akan menavigasi dinamika yang telah berkembang.

Apakah akan ada kejutan besar, ataukah koalisi ini akan mampu mengatasi ketegangan internal dan bersaing dalam Pilkada Pangandaran dengan strategi yang telah disepakati? Jawabannya akan segera terungkap seiring dengan perkembangan politik yang akan datang. (N. Nurhadi)

**) IIkuti berita terbaru Lensa Nusantara di Google News klik disini dan jangan lupa di follow.