Daerah

Bermodal Daun dan Tempurung Kelapa, Dua Orang di Banjarnegara Bisa Mendeteksi Sumber Mata Air Bawah Tanah

×

Bermodal Daun dan Tempurung Kelapa, Dua Orang di Banjarnegara Bisa Mendeteksi Sumber Mata Air Bawah Tanah

Sebarkan artikel ini
Ditemani salah satu perangkat, pawang sumber mata air bawah tanah Ratun dan Wasman melakukan pendeteksian, Rabu, 16/10/2024. Foto : ( Gunawan/Lensa Nusantara)

Banjarnegara, LENSANUSANTARA.CO.ID – Zaman semakin canggih, segala kegiatan apapun kini sudah bisa dibantu dengan berbagai alat ciptaan manusia, terutama dalam mendeteksi ada tidaknya sumber air bersih yang berada di bawah tanah, sebelum dilakukan pengeboran untuk kebutuhan sehari-hari.

Example 300x600

Biasanya dalam tahap awal, perlu dilakukan upaya untuk menemukan sumber air/mata air di suatu titik lokasi, agar nantinya pekerjaan yang telah dilakukan dapat berhasil guna atau maksimal, karena kalau tidak dilakukan dengan penuh kepastian, maka bukan hasil yang didapatkan, melainkan rasa capek yang sia-sia.

Meskipun saat ini sudah ada alat namanya Water Detektor, namun di Kabupaten Banjarnegara, ada pawang bernama Ratun dan Wasman yang masih menggunakan cara tradisional untuk menemukan sumber air jernih dibawah tanah. Mereka hanya berbekal dua daun kelapa kering (blarak) berukuran kecil sebagai petunjuk arah mata angin, dan satu buah kelapa yang akan berputar sendiri disaat ada sumber air di bawah tanah yang dilaluinya.

Cara tersebut dianggap lebih efektif dan tepat sasaran dibandingkan dengan penggunaan alat Water Detektor.

“Cara ini sudah turun temurun dilakukan, untuk media kita biasanya hanya membawa potongan blarak (daun kelapa) kering seukuran kawat besarnya, itu berguna sebagai petunjuk lokasi mata air, terus kita ikuti aja kemana arahnya, sedangkan tempurung kelapa sebagai titik akhir, jika ada sumber mata air akan berputar, kalau dibawah tanah ada sumber mata air besar ya berputar agak kencang, kalau hanya sedikit ya paling cuma bergerak aja,” ungkap Wasman, saat ritual di Desa Petir, Kecamatan Purwanegara, Rabu, (16/10/2024).

Hal senada juga di utarakan Ratun, menurutnya, dalam mencari titik mata air, tidak boleh buru-buru.

” Seumpama daun ini saling lurus atau arahnya sejajar berarti tanah yang ada di bawah tidak mengandung air sama sekali, tapi jika posisi kedua daun kelapa saling menyilang seperti ini, tandanya ada sumber air pada lokasi tersebut, jadi kita memang harus bergerak kesamping, maju, mundur untuk memastikan,” jelas
Ratun, sambil memperlihatkan cara mendeteksi air dengan benar.

Sementara menurut Kepala Desa Petir, Achmad mengungkapkan, meskipun cara tersebut kelihatan aneh, namun selama ini diakui oleh banyak warga, jika metode tersebut lebih akurat dalam mendeteksi mata air, apalagi di daerah pegunungan maupun pedalaman yang memang sangat sulit dijangkau oleh saluran Pamsimas maupun PDAM.

“Lebih efektif ini malahan, disini ada juga bantuan sumur bor, ada juga dari Kementerian Pertahanan (Menhan), namun tidak lama airnya sudah mulai mengering, kalau di Desa kami Rakit, memang warga seringnya memakai cara tradisional seperti ini setiap ada yang ingin membuat sumur biasa, tapi memang selama ini selalu tepat, kalau sudah ketemu baru ada ritual untuk meminta keselamatan dan kelancaran saat mengerjakan,” ungkap Kades Achmad.

Masih kata Kades,” cara tersebut juga relatif murah, dan tidak membutuhkan biaya banyak untuk mengundang ahli yang bisa sampai jutaan,” pungkas Kades Achmad. ( Gunawan).

**) IIkuti berita terbaru Lensa Nusantara di Google News klik disini dan jangan lupa di follow.