Ngajum, LENSANUSANTARA.CO.ID – Lapangan Desa Ngajum, Kabupaten Malang, berubah menjadi lautan manusia pada Rabu (12/6), saat ribuan warga tumpah ruah merayakan Hari Jadi ke-149 Desa Ngajum. Di bawah langit malam yang cerah, sekitar 6.000 orang berkumpul bersama dalam sebuah pesta rakyat akbar yang menghadirkan panggung budaya, gelak tawa keluarga, hingga semangat kebersamaan yang begitu kental terasa.
Perayaan ini bukan hanya sekadar seremoni tahunan, melainkan bentuk nyata rasa syukur masyarakat atas perjalanan panjang Desa Ngajum. Dikenal sejak masa kolonial sebagai titik strategis jalur pertanian dan perdagangan di kawasan Malang barat, Desa Ngajum kini berkembang menjadi desa yang aktif, produktif, dan kaya akan nilai-nilai budaya.
Nama Ngajum sendiri diyakini berasal dari kata “nujum” yang berarti petunjuk atau peramal, merujuk pada leluhur desa yang dipercaya memiliki kemampuan spiritual. Empat tokoh penting, Mbah Ageng, Mbah Sabar, Mbah Sidiq, dan Mbah Tejowati disebut sebagai pelopor desa, membuka hutan, membangun pemukiman, dan meletakkan fondasi sosial yang menjadi cikal bakal Desa Ngajum hari ini.
Dalam sambutannya, Kepala Desa Ngajum, Bapak Setyo Budi, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada semua pihak yang turut mendukung terselenggaranya acara ini.
“Kami atas nama pemerintah desa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi. Desa Ngajum berkomitmen memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, dan kami mohon maaf bila ada kekurangan, baik yang disengaja maupun tidak,” ungkap beliau, disambut tepuk tangan hangat dari warga.
Malam semakin larut, namun semangat warga tak surut. Panggung utama menjadi sorotan ketika grup jaranan legendaris Mayangkoro Original dari Kediri tampil memukau. Derap kaki penari, irama gamelan yang menghentak, dan aura mistik dari atraksi jaranan membuat suasana semakin magis.
Namun puncak perhatian malam itu hadir saat Niken Salindry, penyanyi cilik berbakat asal Jawa Timur, naik ke panggung. Dengan suara merdunya, Niken membawakan lagu-lagu tradisional Jawa yang menyentuh hati. Tidak hanya tampil profesional, kehadirannya juga membawa nuansa kekeluargaan yang menghangatkan.
Kejutan manis datang ketika sang ibunda, Mama Wiwin Arumina, turut naik panggung dan menyumbangkan suara emasnya.
“Sudah lama saya nggak nyanyi dan nggak make up, tapi tadi di belakang panggung malah dirias sama mbak Niken sendiri,” ujar Mama Wiwin disambut tawa riuh penonton.
Tak ketinggalan, Pak Sholeh, ayah dari Niken, ikut meramaikan panggung dengan canda gurau khas keluarga mereka. Ketiganya tampil penuh keakraban dan spontanitas, menciptakan suasana hangat yang membuat ribuan penonton merasa seperti bagian dari keluarga besar Salindry.
Tak hanya suguhan budaya, perayaan ini juga menjadi ajang penguatan ekonomi lokal. Puluhan stand UMKM warga Desa Ngajum dan sekitarnya berjajar di sekitar lapangan, menyuguhkan aneka produk kuliner, kerajinan tangan, dan oleh-oleh khas daerah.
Aroma jajanan tradisional seperti cilok, tahu walik, jenang, hingga minuman herbal memenuhi udara. Warga tampak antusias membeli dan mencicipi, menunjukkan bahwa kegiatan budaya bisa berjalan seiring dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Salah satu panitia, Bapak Agung, menyampaikan harapannya agar perayaan Hari Jadi Desa Ngajum bisa terus berlanjut di tahun-tahun mendatang.
“Kami berharap kegiatan semacam ini tidak hanya berhenti sebagai bentuk hiburan semata, tetapi dapat terus dilestarikan sebagai bagian dari penguatan identitas desa, pelestarian seni tradisional, dan wadah promosi budaya lokal yang bernilai tinggi. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan kebersamaan, kami percaya bahwa kegiatan ini mampu mempererat ikatan sosial antarwarga sekaligus mengangkat potensi Ngajum ke tingkat yang lebih luas,” tegasnya penuh keyakinan.
Hari Jadi ke-149 Desa Ngajum bukan hanya ajang bersenang-senang, melainkan juga momen merefleksikan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan sejak dulu. Di tengah modernitas, Desa Ngajum menunjukkan bahwa warisan budaya tak lekang oleh waktu, bahkan bisa menjadi daya tarik yang membanggakan.
Dengan semangat gotong royong, kekompakan warga, dan dukungan berbagai pihak, perayaan ini menjadi bukti nyata bahwa desa tak hanya bisa menjadi tempat tinggal, tapi juga ruang tumbuhnya identitas, kebahagiaan, dan harapan bersama. (Ryo)