Purwakarta, LENSANUSANTARA.CO.ID – Di balik kesederhanaan gubuk reyot yang berdiri tegar di bawah terik mentari Purwakarta, tersimpan sebuah kisah yang menyayat hati. Kisah tentang Fikri, seorang remaja 14 tahun yang harus menelan pahitnya kehidupan setelah rumahnya digusur. Gubuk darurat yang menjadi tempat tinggal sementara bagi Fikri, nenek, dan kakeknya, Emis, menjadi saksi bisu perjuangan hidup mereka, Jumat (20/06/2025).
Penggusuran yang terjadi di Tegaljunti, Purwakarta, telah merenggut lebih dari sekadar tempat tinggal; ia telah merenggut harapan dan masa depan Fikri. Mimpi untuk melanjutkan pendidikan terancam kandas karena keterbatasan ekonomi yang mencekik.
“Untuk makan saja susah, apalagi buat sekolah,” ujar Emis, nenek Fikri, dengan suara yang lemah.
Di tengah kepiluan itu, seberkas harapan masih menyala. Harapan akan uluran tangan dari pemerintah daerah dan pihak terkait. Harapan akan bantuan yang dapat membantu Fikri melanjutkan pendidikannya dan membangun masa depannya.
“Kami tidak minta apa-apa,” kata Emis, suaranya penuh harap, “cuma ingin Fikri bisa sekolah dan punya masa depan.”
Kisah Fikri menjadi pengingat akan pentingnya membantu mereka yang membutuhkan. Apakah kita dapat membantu Fikri mewujudkan mimpinya?