Madiun, LENSANUSANTARA.CO.ID – Menyambut datangnya bulan Suro, warga Desa Sidodadi, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, menggelar tradisi tahunan nyadran atau doa bersama sebagai bentuk rasa syukur sekaligus penghormatan kepada para leluhur yang telah berjasa mendirikan dan membangun desa.
Kegiatan bersih desa ini digagas oleh Kepala Desa Sidodadi, Wiyarno, dan digelar di kediamannya pada Kamis malam (17/7). Acara tersebut dihadiri sekitar 250 tokoh masyarakat, termasuk para sesepuh dan tokoh agama dari berbagai dusun.
Dalam suasana penuh khidmat dan kebersamaan, warga memanjatkan doa bagi arwah para pendiri Desa Sidodadi, serta mendoakan keselamatan dan kemajuan bagi seluruh masyarakat Kabupaten Madiun.
“Kami sebagai generasi penerus tidak boleh melupakan sejarah. Tradisi ini menjadi pengingat bahwa desa ini bisa berdiri karena perjuangan para pendahulu,” ujar Meysin, salah satu tokoh masyarakat yang hadir.
Selain sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur, tradisi ini juga menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi dan memperkuat semangat gotong royong antarwarga. Warga bersama-sama membersihkan lingkungan, menyiapkan sesaji, dan mengikuti prosesi doa bersama dalam suasana kekeluargaan.
Tahun ini, nyadran terasa lebih istimewa karena bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kabupaten Madiun. Dalam doa yang dipanjatkan, warga berharap Kabupaten Madiun senantiasa diberkahi, damai, dan semakin maju.
“Bulan Suro ini penuh berkah dan hidayah. Semoga melalui tradisi bersih desa ini, warga Sidodadi semakin guyub, rukun, dan makmur bersama. Harapan kami, Kabupaten Madiun juga semakin maju dan sejahtera,” tambahnya.
Tradisi bersih desa atau doa bersama ini merupakan salah satu warisan budaya yang terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Sidodadi. Kegiatan ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, penghormatan terhadap leluhur, serta komitmen dalam menjaga harmoni dan kearifan lokal di tengah kehidupan bermasyarakat.