Sidoarjo, LENSANUSANTARA.CO.ID – Suasana duka menyelimuti Pondok Pesantren Al Khoziny, Desa Buduran, Sidoarjo, setelah sebuah bangunan musala yang menyatu dengan asrama santri putra ambruk pada Senin sore (29/9). Bangunan tersebut ternyata masih dalam tahap pembangunan ketika runtuh.
Dari pantauan di lokasi, rangka bangunan masih tampak baru dengan dominasi warna abu-abu semen yang belum terlapisi cat. Sejumlah bambu dan besi penopang cor juga masih terlihat berserakan di sekitar reruntuhan. Ketua RT setempat, Munir, membenarkan bahwa musala tersebut memang belum rampung dikerjakan.
“Iya masih dalam tahap pembangunan,” ujar Munir ketika ditemui di lokasi kejadian.
Musala yang seharusnya menjadi tempat ibadah itu justru menjadi saksi bisu peristiwa nahas. Beberapa santri diketahui masih berada di dalam musala usai menunaikan salat Asar.
“Habis salat Asar itu ada suara gemuruh, ada getaran seperti gempa. Ternyata musala roboh,” jelas Munir.
Kejadian itu berlangsung sekitar pukul 15.00 WIB. Sejumlah saksi mata menggambarkan suasana panik saat bangunan tiba-tiba runtuh. Teriakan minta tolong terdengar dari dalam reruntuhan. Hingga berita ini diturunkan, tercatat sedikitnya 15 ambulans dikerahkan untuk membantu evakuasi korban.
Proses penyelamatan berlangsung dramatis. Relawan, aparat setempat, hingga tim medis bahu-membahu mengevakuasi para santri yang tertimpa reruntuhan. Suara minta tolong dari dalam bangunan yang ambruk masih terdengar hingga malam hari.
Pemerintah Desa Buduran bersama pihak pondok pesantren juga langsung berkoordinasi untuk mempercepat penanganan. Aparat kepolisian dan BPBD Kabupaten Sidoarjo turut melakukan penyelidikan penyebab robohnya bangunan.
Pondok Pesantren Al Khoziny sendiri dikenal sebagai salah satu pesantren yang cukup tua di kawasan Sidoarjo. Berdiri sejak puluhan tahun lalu, pesantren ini menjadi pusat pendidikan agama Islam dengan ribuan santri dari berbagai daerah. Seiring meningkatnya jumlah santri, pihak pesantren melakukan pembangunan fasilitas tambahan, termasuk musala yang difungsikan sekaligus sebagai ruang aktivitas santri.
Sayangnya, pembangunan yang belum rampung tersebut justru berujung petaka. Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya pengawasan ketat dalam setiap proses pembangunan fasilitas publik, terutama di lingkungan pendidikan.
Masyarakat sekitar terus berdatangan untuk membantu dan memberikan doa. Hingga kini, data resmi jumlah korban belum diumumkan, namun laporan di lapangan menyebut masih ada beberapa santri yang tertimpa material bangunan.
Peristiwa ini menjadi duka mendalam, tidak hanya bagi keluarga besar Pondok Pesantren Al Khoziny, tetapi juga bagi masyarakat Sidoarjo secara luas. (Ryo)