Probolinggo , LENSANUSANTARA.CO.ID – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo melalui Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan dan Perindustrian (DKUPP) terus berupaya meningkatkan potensi ekonomi lokal. Salah satu langkah nyata dilakukan dengan menggelar pelatihan industri olahan bawang merah, sekaligus fasilitasi legalitas usaha dan sistem pembayaran digital QRIS pada Rabu (1/10/2025).
Kegiatan yang berlangsung di ruang pertemuan The Bentar Beach Desa Curahsawo Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo ini diikuti oleh 50 pelaku industri kecil wanita di wilayah Kecamatan Gending.
Pelatihan ini dibuka oleh Kepala DKUPP Kabupaten Probolinggo Taufik Alami didampingi Camat Gending Winda Permata Erianti dan pelaku sukses UMKM Hunay Dringu Nurul Khotimah sebagai narasumber.
Pelatihan yang diberikan bukan hanya teori, tetapi juga praktek langsung. Mulai dari cara mengupas, merajang hingga teknik agar hasil olahan bawang merah tidak menghitam dan tetap renyah, semua diberikan secara detail.
Selain itu, peserta juga diberikan pembekalan mengenai jiwa kewirausahaan atau entrepreneurship sebagai pondasi dalam mengembangkan usaha mereka ke depan. Serta penjualan dengan transaksi digital QRIS oleh Bank Jatim.
Kepala DKUPP Kabupaten Probolinggo Taufik Alami mengatakan pelatihan ini merupakan bagian dari strategi DKUPP dalam menggali potensi lokal di tiga kecamatan utama, salah satunya Gending. Bawang merah dinilai memiliki nilai ekonomi tinggi jika diolah dengan baik.
“Kita terlalu kaya akan potensi, tapi belum dikelola maksimal. Lewat pelatihan ini, kami ingin menumbuhkan wirausaha baru berbasis olahan bawang merah yang bisa jadi produk unggulan tidak hanya di Jawa Timur, tapi juga secara nasional,” ujarnya.
Menurut Taufik, DKUPP juga menekankan pentingnya mengubah pola pikir masyarakat untuk melihat produk lokal sebagai peluang bisnis yang menjanjikan. “Dengan pendampingan menyeluruh dari pemilihan bahan baku, proses produksi, legalitas usaha hingga pemasaran, pelaku usaha diharapkan mampu mandiri dan naik kelas,” jelasnya.
Taufik menegaskan keberhasilan pelatihan ini sangat bergantung pada kemauan peserta untuk berubah dan mempraktikkan ilmu yang didapat. “Begitu sampai rumah, langsung praktikkan. Kalau hanya mendengar tanpa aksi, hasilnya akan sia-sia. Kami akan terus dampingi, termasuk dalam hal kemasan dan pemasaran produk,” tambahnya.
Lebih lanjut Taufik menerangkan melalui Sistem Manajemen Pengembangan UMKM Terpadu yang disebut Si MADU, DKUPP menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, swasta, akademisi dan media. “Semua pihak harus ikut berkontribusi dalam membangun ekosistem UMKM yang sehat dan berdaya saing di Kabupaten Probolinggo,” pungkasnya. (*/Laili)