Sidoarjo, LENSANUSANTARA.CO.ID – Delapan hari pasca-reruntuhan bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, suasana duka masih menyelimuti lokasi. Namun, di tengah kelelahan, tim gabungan dari BNPB, BPBD, TNI, Polri, dan relawan terus bekerja siang malam. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo memastikan seluruh proses evakuasi dan penanganan darurat akan rampung pada Selasa (7/10/2025).
Bupati Sidoarjo, Subandi, menyatakan bahwa pemerintah daerah terus memantau langsung perkembangan di lapangan. Ia menegaskan bahwa seluruh unsur terlibat telah bekerja maksimal sejak hari pertama musibah terjadi.
“Kami bersama TNI, Polri, BPBD, dan para relawan bekerja tanpa kenal lelah. Targetnya, proses evakuasi dapat diselesaikan besok. Kami ingin memastikan tidak ada satu pun korban yang tertinggal,” ujar Subandi di sela-sela peninjauan, Senin (6/10/2025).
Ia menambahkan, Pemkab Sidoarjo juga memastikan kebutuhan logistik, kesehatan, dan dukungan psikososial bagi petugas serta keluarga korban tetap terpenuhi. “Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sejak hari pertama. Ini adalah ujian berat bagi kita semua,” lanjutnya.
Deputi Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan, mengungkapkan bahwa hari kedelapan menjadi fase krusial dalam penyelesaian tahap akhir evakuasi.
“Hari ini kami fokus pada penyisiran akhir di area bangunan utama. Alat berat, anjing pelacak, serta pendataan pihak pesantren digunakan untuk memastikan tidak ada korban yang tertinggal,” katanya.
Menurutnya, sinergi antara BNPB, BPBD, dan pemerintah daerah menjadi kunci keberhasilan penanganan cepat di lapangan. BNPB juga telah menyiapkan langkah rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana sebagai bagian dari pemulihan jangka panjang.
“Hingga sore ini, sekitar 75 persen proses evakuasi telah terselesaikan. Kami optimis seluruhnya rampung besok,” tegasnya.
Ponpes Al Khoziny dikenal sebagai salah satu pesantren tertua dan berpengaruh di Sidoarjo, berdiri sejak awal 1980-an. Pesantren ini didirikan oleh KH. Muhammad Khoziny dan berkembang pesat menjadi pusat pendidikan agama dengan ribuan santri dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Sebagai lembaga pendidikan Islam, Al Khoziny memiliki kompleks asrama, masjid, serta ruang belajar bertingkat. Bangunan yang mengalami keruntuhan diketahui merupakan asrama santri putra yang baru saja direnovasi dua tahun lalu.
Peristiwa nahas yang terjadi pada Senin malam (29/9/2025) ini terjadi saat sebagian besar santri tengah beristirahat. Dugaan sementara menyebutkan bahwa struktur bangunan tidak mampu menahan beban tambahan akibat hujan deras yang mengguyur sejak sore hari. Hingga kini, tim teknis masih melakukan investigasi terkait penyebab pasti keruntuhan.
Dari data BNPB per Senin sore (6/10/2025), jumlah korban yang berhasil dievakuasi mencapai 167 orang, terdiri dari 104 orang selamat dan 63 orang meninggal dunia.
BNPB bersama pemerintah daerah juga mulai menyiapkan penanganan pasca-evakuasi, termasuk pemulihan mental santri, pembangunan kembali fasilitas belajar, serta penyaluran bantuan bagi keluarga korban.
“Setelah evakuasi selesai, kami akan beralih ke tahap pemulihan, memastikan proses pendidikan di pesantren bisa berjalan kembali dengan aman,” ujar Budi Irawan.
Suasana haru kerap terlihat di lokasi evakuasi. Doa terus mengalir dari keluarga korban dan masyarakat sekitar. Sementara itu, posko bantuan yang berdiri di halaman pesantren menjadi pusat solidaritas warga.
Relawan dan warga bahu-membahu memberikan bantuan makanan, pakaian, dan doa. Di tengah puing-puing reruntuhan, semangat gotong royong menjadi pengingat bahwa di balik duka, selalu ada kekuatan untuk bangkit. (Ryo)














