Kesehatan

Nostalgia Mbok Jamu Gendong di Rembang, Saat Dunia Medis dan Kalcer Bersatu

887
×

Nostalgia Mbok Jamu Gendong di Rembang, Saat Dunia Medis dan Kalcer Bersatu

Sebarkan artikel ini
Sebagian orang masih ada yang beranggapan kebiasaan minum jamu sebagai sesuatu yang kuno dan ndeso.

Rembang, LENSANUSANTARA.CO.ID – Sebagian orang masih ada yang menganggap kebiasaan minum jamu sebagai sesuatu yang kuno dan ndeso. Bukan tanpa sebab, selain penjajanya makin sulit ditemukan, cara membuatnya juga sangat merepotkan. Di tengah ‘zaman now’, seperti sekarang ini, ada yang lebih gampang untuk sekadar meningkatkan daya tahan tubuh, atau jika ingin membangun nafsu makan si kecil, beri saja suplemen dan vitamin. Gampang sekaligus murah dan tidak merepotkan.

Makin maraknya produk suplemen dan vitamin saat ini, baik dari bahan kimia maupun yang pakai embel-embel herbal, membuat tradisi minum jamu di masyarakat kita makin lama makin pudar. Bagi anak generasi 90, minum jamu sudah menjadi kebiasaan, baik di pagi maupun sore hari. Kala itu, mbok-mbok jamu gendong tradisional masih mudah ditemui, keluar masuk kompleks perumahan dan perkampungan sambil teriak, jamu, jamu!

Example 300x600

Della, anak 90-an, warga Kecamatan Rembang, kepada LensaNusantara mengatakan, yang terkenang sampai sekarang kalau minum jamu gendong adalah kebersamaannya. Tiap anak mengantre membawa gelas masing-masing, ruangan pertama terasa pahit, tuangan kedua menjadi favorit karena berisi gula penghilang rasa pahit.

BACA JUGA :
Gandeng Unsoed Bupati Rembang Mutasi dan Pengisian Jabatan Eselon 2 hingga 4

“Kalau masih inget, dulu tuh anak-anak minum beras kencur ada yang dicampur sama gulanya biar ada rasa-rasa manis, ada juga yang dipisah tuangan kedua. Itu sih yang paling berkesan, yang sekarang mungkin udah ga ada ya,” katanya sambil senyum-senyum, Minggu (9/11/2025)

Bayu, anak generasi 90 lainnya yang juga warga Kecamatan Rembang mengatakan, tiap penjual jamu yang keliling keluar masuk kampung dan kompleks perumahan, selalu membawa jamu yang berbeda-beda, disesuaikan dengan pesanan tiap mbok jamu biasa keliling.

“Jadi udah kayak punya maping sendiri itu si mbok jamu, kalau di tempat ini banyak anak-anaknya, bawa jamunya jamu anak-anak, yang tempat ini ada banyak ibu hamil atau baru melahirkan, bawa jamunya beda, belum lagi jamu pesanan yang diorder pelanggan langsung,” katanya.

Di tengah kemajuan zaman, penjual jamu gendong makin sulit ditemukan. Pemandangan mbok-mbok jamu menggendong bakul berisi botol-botol jamu keluar masuk kampung sudah jadi peristiwa langka.

BACA JUGA :
Bupati Rembang Pastikan Pasar Hewan Pamotan Pindah Tahun Ini

Kalaupun ada, mereka adalah orang-orang lama yang sudah sepuh, yang sudah berjualan sejak tahun 80an. Apalagi sekarang ada cara lain dalam menjajakan jamu, seperti menggunakan sepeda dan gerobak. Belum lagi adanya gempuran jamu-jamu kekinian yang dikemas botol kecil dan mudah dipasarkan secara online.

Mbok jamu gendong tahun 90an bukan hanya menjajakan tapi juga menjadi pembuat jamu yang diracik dari tangannya sendiri. Tak heran jika mbok jamu gendong sangat dihormati, karena tahu banyak tentang herbal dan obat-obatan sederhana, seperti tidak mau makan dan demam pada anak. Tak jarang pelanggan menjadikan mbok jamu layaknya ‘dokter berjalan’.

Tempat mereka konsultasi tentang kesehatan, atau paling tidak bertanya tentang anaknya yang kurang nafsu makan. Di sinilah titik nostalgia mbok jamu zaman 90-an berada: dunia medis bersatu dengan ‘kalcer'(gaya hidup). Mungkin jadi pemandangan yang sulit ditemukan di zaman kini.

Secara umum, jamu tradisional yang dibuat dan dijajakan mbok jamu terbuat dari bahan-bahan alami, seperti tumbuhan dan rempah yang diracik menjadi serbuk maupun yang sudah dibuat minuman. Ada delapan jenis jamu yang umumnya dijajakan mbok jamu gendong, antara lain beras kencur, cabe puyang, kudu laos, uyup-uyup, kunyit asam, pahitan, sinom, dan kunci suruh. Tak lupa sebotol pemanis bagi yang tak suka rasa pahit jamu.

BACA JUGA :
Pemkab Rembang Rencananya Gelar Festival Karnaval HUT ke-80 RI

Selain jamu siap minum, mbok jamu juga membawa racikan jamu bubuk kemasan, yang diminum dengan cara diseduh air panas terlebih dahulu. Bubuk jamu kemasan ini ada yang khusus dibuat sendiri, ada juga bubuk jamu kemasan yang diproduksi secara massal. Itu mengapa mbok-mbok jamu juga membawa teko air panas saat dia berkeliling menjajakan jamunya, meski sebenarnya ada jamu yang siap minum.

Dari mana tradisi penjual jamu gendong berasal. Namun ada yang menyebut, peracik dan penjual jamu tradisional berasal dari Desa Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Di tempat itu bahkan dibuat monumen Patung Jamu dan Petani, sebagai ikon untuk mengingatkan bahwa Sukoharjo identik dengan mbok jamu.