Rembang, LENSANUSANTARA.CO.ID – Makam Mbah Tuan( Mbah Abdurrohman), yang berada di Desa Banyudono, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang. Usia makam yang diperkirakan antara tahun 1200 sampai 1400 (era Mataram Islam) menandakan keberadaan sejarah yang telah terkubur ratusan tahun di tanah ini.
Pengelola makam Mbah Tuan, Bambang Puji Raharjo, menceritakan asal muasal makam sesepuh desa Banyudono. Pada tahun1985 -1986 Mbah Kandar dari desa Bogoharjo, Kecamatan Kaliori, Rembang sering membersihkan makam Mbah Tuan, setelah Mbah Kandar meninggal dunia, kemudian diganti oleh Mbah Wondo warga desa Telogomojo, Kecamatan Rembang.
Pada tahun 2001-2002, tepatnya pada malam Jum’at datang seorang Kiai yang bernama Kiai Shobib dari Kabupaten Jepara datang ke desa Banyudono untuk menjumpai saya dirumah,” ucap Bambang kepada LensaNusantara, Kamis (18/12/2025)
Setelah itu Bambang kemudian mendatangi Mbah Kholil di desa Lengkong, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati untuk menceritakan kedatangan Kiai Shobib dirumahnya. Namun Mbah Kholil Lengkong berpesan kepada Bambang untuk merawat makam tersebut ‘Piye ae yen semende uwit gede iku adem, aku titip di uri-uri'( Bagaimana pun sandaran pohon besar itu dingin, Saya minta tolong untuk rawat dan di bersihkan,” Mbah Kholil, Batangan Pati.
LensaNusantara berkesempatan datang dilokasi makam Mbah Tuan yang tak jauh dari jalan raya itu. Makam Mbah Tuan di tutup dengan kain putih dan pinggiran makan diberi pagar, lantai makam diberi keramik warna hijau dan tembok makam diberi cat warna hijau. “Bambang juga menceritakan, pagar makam Mbah Tuan dibangun oleh KH. Bisri Mustofa, seorang kiai karismatik Pendiri Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang dan bangunan makam dibangun H. Suyoto,” terangnya.
Makam Mbah Tuan (Mbah Abdurrohman) berdiri diatas tanah berukuran 10 meter x 25 meter. Keberadaan makam sesepuh desa Banyudono ini terlihat memiliki nilai sejarah yang tinggi, terutama karena diperkirakan sebagai tokoh penyebar agama Islam pada jamannya.
Masih menurut Bambang, makam Mbah Tuan diyakini sebagai tokoh yang berperan dalam penyebaran agama Islam. Menurutnya Mbah Tuan masih memiliki hubungan silsilah dengan Sunan Kali Jaga. “Mbah Tuan yang melakukan perjalanan ke Timur untuk menemui Sunan Bonang, belum sampai bertemu Sunan Bonang, Mbah Tuan meninggal dahulu dan dimakamkan di desa Banyudono, Kaliori Rembang serta kuda dan pusakanya,” cerita Bambang mantan kepala desa Banyudono dua periode ini.
Bambang menambahkan setiap malam Jumat, bulan Rojab, ia disuruh mengadakan Haul Mbah Tuan. Nasi uduk, ayam ingkung, tempe dan menggunakan daun jati sebagai alasnya.
“Makam Mbah Tuan ini menjadi titik terang Desa Banyudono untuk mengetahui cikal bakal dan diharapkan bisa menjadi destinasi wisata religi Tambak Omben. “Kami berharap seluruh warga desa dapat menjaga dan merawat makam Mbah Tuan ini,” ungkapnya














