Organisasi

GMNI di Persimpangan: Mendukung Kongres Jawa Barat, Suara Kader adalah Suara Persatuan

58
×

GMNI di Persimpangan: Mendukung Kongres Jawa Barat, Suara Kader adalah Suara Persatuan

Sebarkan artikel ini
Andi Al Fajri R

Oleh: Andi Al Fajri R (Mahasiswa Asal Bulukumba) Ketua Karateker GMNI Komisariat UIN Alauddin Makassar

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) adalah salah satu organisasi mahasiswa tertua dan paling bersejarah di Indonesia. Di tengah perkembangan zaman dan tantangan ideologis, GMNI terus dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit yang menuntut keberanian serta kebijaksanaan dari setiap kadernya.

Example 300x600

Saat ini, GMNI kembali berada di persimpangan sejarah. Dualisme kepemimpinan yang telah berlangsung cukup lama menjadi luka yang belum juga sembuh. Dalam konteks ini, Kongres GMNI di Jawa Barat bukan sekadar agenda organisasi rutin, tetapi momentum penting untuk menyatukan kembali semangat perjuangan marhaenis.

Dukungan terhadap Kongres di Jawa Barat bukan bentuk keberpihakan kepada salah satu kubu, melainkan bentuk dukungan terhadap forum tertinggi organisasi yang sah untuk menentukan arah gerakan ke depan. Kongres adalah ruang demokrasi kader, dan dengan itulah organisasi ini harus melangkah.

Kita harus memahami bahwa tidak mungkin selamanya GMNI berada dalam situasi kebuntuan. Ada saatnya kita memutuskan untuk melangkah ke depan meskipun tak semua pihak siap secara bersamaan. Kongres Jawa Barat merupakan langkah konkret yang dibutuhkan untuk keluar dari stagnasi.

BACA JUGA :
Kader GMNI Soroti Permasalahan Tahura di Bontobahari, Usulkan Relokasi Warga

Sebagian pihak mungkin menolak kongres ini karena belum sepenuhnya menerima dinamika yang terjadi. Namun, tidak ada proses demokrasi yang benar-benar sempurna. Yang terpenting adalah niat tulus untuk menyelesaikan persoalan, bukan terus-menerus mempertahankan konflik.

GMNI sebagai organisasi ideologis harus menunjukkan kematangan politik dan keberanian untuk bersikap tegas dalam menghadapi masalah internal. Kongres Jawa Barat membuka ruang untuk konsolidasi ide, visi, dan strategi perjuangan dalam situasi yang sangat dinamis.

Lebih dari itu, GMNI membutuhkan legitimasi baru yang diperoleh dari forum resmi, bukan dari tarik-menarik kepentingan kelompok. Kongres memberikan mandat segar yang akan menjadi dasar moral dan organisasi bagi kepemimpinan selanjutnya.

Sebagai kader, kita tidak bisa hanya menunggu idealisme sempurna sebelum melangkah. Terkadang, keputusan sulit harus diambil demi keselamatan organisasi jangka panjang. Mendukung Kongres Jawa Barat adalah bentuk tanggung jawab kita menjaga keberlangsungan gerakan.

BACA JUGA :
Halal Bihalal dan Temu Alumni GMNI Bondowoso, Konsolidasi Lintas Generasi siap Kongres ke-II

GMNI tidak boleh terus-menerus dikuasai oleh logika faksionalisme. Persatuan hanya akan terwujud jika semua pihak membuka ruang dialog dan mengakui bahwa suara mayoritas kader harus dihormati sebagai bentuk kehendak kolektif.

Kongres bukan akhir dari rekonsiliasi. Ia justru awal dari proses penyembuhan organisasi. Dari forum itulah kita dapat membuka pintu rekonsiliasi yang lebih besar dan menjadikan GMNI kembali rumah besar seluruh kader.

Di tengah krisis kepercayaan kader terhadap elit organisasi, hanya forum tertinggi seperti kongres yang dapat mengembalikan kepercayaan dan soliditas. Dukungan terhadap kongres berarti dukungan terhadap pemulihan martabat organisasi.

Kita tidak menutup mata terhadap kekurangan yang ada. Namun, dalam situasi seperti ini, yang dibutuhkan adalah keberanian mengambil langkah penyatuan. Kongres Jawa Barat menjadi simbol bahwa GMNI masih punya harapan untuk bangkit dan bersatu.

Sebagai organisasi perjuangan, GMNI harus kembali fokus pada rakyat. Kita harus menyudahi konflik internal dan mengalihkan energi untuk menyuarakan kepentingan kaum tertindas. Itu hanya bisa dilakukan jika organisasi kita stabil dan bersatu.

BACA JUGA :
Halal Bihalal dan Temu Alumni GMNI Bondowoso, Konsolidasi Lintas Generasi siap Kongres ke-II

Kita yakin, setelah kongres, GMNI akan menemukan energi baru dan mampu melahirkan kepemimpinan yang mampu menyatukan semua elemen. Kepemimpinan yang terbuka, inklusif, dan ideologis.

Di tengah situasi bangsa yang penuh tantangan, GMNI tidak boleh kehilangan arah. Kongres adalah upaya untuk menata ulang barisan, mengokohkan ideologi, dan memperkuat posisi organisasi dalam kerja-kerja kebangsaan.

Suara kader adalah suara persatuan. Ketika mayoritas DPC dan kader sepakat untuk melangkah, maka kita wajib menghormati itu. Demokrasi harus berjalan, dan suara mayoritas harus menjadi pijakan.

Menolak kongres sama dengan membiarkan organisasi terjebak dalam kekosongan arah. Mendukungnya berarti memberi jalan untuk pembenahan dan perbaikan struktural dan ideologis.

Kita butuh keberanian untuk memilih jalan sulit demi masa depan GMNI. Kita butuh keikhlasan untuk melupakan luka masa lalu dan menatap ke depan dengan semangat baru.

Hidup GMNI!
Hidup Persatuan Kader!
Hidup Marhaenisme!