Sidoarjo, LENSANUSANTARA.CO.ID – Pagi itu, langit Sidoarjo tampak panas namun teduh. Di depan Mapolresta Sidoarjo, ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sidoarjo berkumpul dengan wajah penuh semangat. Mereka datang bukan sekadar untuk berorasi, melainkan membawa pesan moral dan seruan perubahan melalui aksi damai bertajuk “Reformasi POLRI, Tuntut Kapolri Mundur.”
Tepat pukul 10.00 WIB, lantunan doa bersama membuka rangkaian aksi. Suasana pagi terasa sakral dan menenangkan. Tidak ada teriakan provokatif, tidak ada bentrokan. Justru yang tampak adalah komunikasi hangat antara mahasiswa, aparat kepolisian, dan masyarakat sekitar.
Kasi Humas Polresta Sidoarjo, Iptu Tri Novi Handono, menegaskan bahwa seluruh personel pengamanan telah disiagakan sesuai prosedur.
“Kami menyiapkan sekitar 700 personel sesuai ploting yang sudah ditentukan. Pengamanan ini kami lakukan dengan pendekatan yang humanis, namun tetap tegas dan terukur. Tujuannya jelas, agar seluruh rangkaian unjuk rasa dapat berjalan aman dan kondusif,” jelasnya.
Ia juga mengajak masyarakat untuk tetap tenang dan bijak menyikapi situasi.
“Kami mengimbau kepada seluruh dulur-dulur Sidoarjo agar bijak menggunakan media sosial. Jangan mudah percaya atau terprovokasi oleh informasi yang belum jelas kebenarannya,” ujarnya.
“Mari kita bersama-sama menjaga keamanan, keselamatan, dan kenyamanan di Sidoarjo. Kondusifitas wilayah adalah tanggung jawab kita semua,” tambah Iptu Tri.
Yang membuat aksi ini unik adalah sentuhan kemanusiaannya. Usai berdiskusi dan menyampaikan aspirasi, mahasiswa IMM bersama aparat kepolisian bahu-membahu membagikan beras kepada para pengemudi ojek online. Senyum merekah di wajah para penerima, menghadirkan suasana hangat di tengah jalanan Sidoarjo.
Masyarakat yang menonton dari pinggir jalan banyak yang mengabadikan momen tersebut. Aksi yang semula dikhawatirkan akan ricuh justru menjadi ruang silaturahmi dan solidaritas sosial.
Surat pemberitahuan yang sebelumnya dikirimkan PC IMM Sidoarjo menegaskan bahwa aksi ini adalah murni penyampaian aspirasi secara damai.
“Demikian surat pemberitahuan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama yang baik kami sampaikan terima kasih. Billahi Fii Sabililhaq, Fastabiqul Khairat,” tulis pengurus IMM dalam suratnya.
Aksi damai ini menjadi respons moral atas tragedi di Jakarta, 28 Agustus 2025 lalu, ketika Affan Kurniawan (21), seorang pengemudi ojek online, meninggal dunia setelah terlindas kendaraan taktis (rantis) Barracuda milik Brimob saat terjadi aksi unjuk rasa. Peristiwa itu memicu gelombang solidaritas di berbagai daerah, termasuk di Sidoarjo.
Hari itu, Sidoarjo belajar sesuatu, bahwa aksi tidak selalu harus berakhir ricuh. Ia bisa menjadi ruang musyawarah, doa, dan kepedulian sosial. Sebuah pengingat bahwa perubahan dapat diperjuangkan dengan cara yang bermartabat tanpa amarah, tetapi dengan hati. (Ryo)