Sidoarjo, LENSANUSANTARA.CO.ID – Di tengah hamparan sawah Desa Kedondong, Kecamatan Tulangan, suara ketukan palu dan tawa gotong royong terdengar bersahut-sahutan. Di sanalah, Satgas TMMD ke-126 Kodim 0816/Sidoarjo bersama warga bahu-membahu membangun dua rumah baru bagi warga kurang mampu, Deni Budiarto (48) dan Kastono (55), Kamis (9/10).
Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) yang sudah puluhan tahun menjadi simbol kemanunggalan TNI dan rakyat, kini kembali menunjukkan hasil konkret. Rumah yang dulunya nyaris roboh, kini menjelma menjadi hunian layak, aman, dan penuh harapan.
Bagi Kastono, rumah baru itu bukan sekadar bangunan, melainkan awal dari hidup baru. Ia tak kuasa menahan air mata ketika melihat dinding bata yang mulai kokoh berdiri.
“Dulu rumah saya bocor, dinding retak, tiap hujan pasti was-was. Sekarang sudah kuat dan nyaman. Terima kasih kepada bapak-bapak TNI yang sudah peduli. Ini mimpi yang jadi nyata,” ujarnya penuh haru.
Ungkapan itu menggambarkan makna sejati TMMD: hadir bukan untuk seremonial, tapi mengubah kehidupan masyarakat dari bawah, dengan cara paling sederhana menyingsingkan lengan, bekerja bersama rakyat.
Menurut Dan SSK Satgas TMMD ke-126 Kodim 0816/Sidoarjo, Letda Inf Mohammad Rafly Fathoni, pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ini menjadi prioritas utama di samping proyek fisik lain seperti plengsengan irigasi dan normalisasi saluran air.
“Kami ingin TMMD benar-benar memberi manfaat nyata. Tak hanya bangunan yang berdiri, tapi juga semangat gotong royong yang tumbuh. Semua dikerjakan bersama warga agar hasilnya bertahan lama,” ujarnya.
Ia menambahkan, TMMD bukan sekadar proyek pembangunan, tetapi juga ruang belajar sosial: bagaimana warga saling membantu, mengenal nilai kebersamaan, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungannya.
Program TMMD bukan hal baru. Sejak pertama kali dilaksanakan pada 1980-an, TNI menjadi motor penggerak pembangunan di desa-desa terpencil. Tujuannya sederhana tapi dalam: mempercepat pemerataan pembangunan dan memperkuat ketahanan sosial masyarakat.
Kini, di Sidoarjo, semangat itu tetap hidup. Desa Kedondong menjadi saksi bahwa nilai-nilai lama gotong royong, solidaritas, dan kepedulian, masih relevan di tengah modernisasi.
TMMD ke-126 bukan hanya soal fisik, tapi juga menanamkan kembali jiwa manunggal, bahwa rakyat dan TNI adalah satu napas. Melalui kerja nyata seperti pembangunan rumah ini, tumbuhlah rasa percaya dan kebanggaan bersama untuk desa yang kuat, rakyat yang mandiri, dan bangsa yang tangguh. (Ryo)