Kaur, LENSANUSANTARA.CO.ID – Lubuk ling adalah sebuah nama yang diwarisi oleh leluhur Kecamatan Luas yang dulu Kecamatan Kaur Tengah, Kabupaten Bengkulu Selatan sebelum menjadi Kabupaten Kaur, Kabupaten Kaur mekar sekitar tahun 2003 yang lalu. Lubuk Ling sendiri diambil dari keberadaan Lubuk pada aliran air luas.
Nama Lubuk Ling diabadikan melekat sampai sekarang untuk dataran sawah (Hamparan Sawah) tepatnya berada di wilayah 5 Desa di Kecamatan Luas. Diantaranya : Desa Ganda Suli, Desa Padang Jati, Desa Umbul, Desa Durian Besar dan Desa Tanjung Beringin.
Masyarakat di 5 Desa tersebut mayoritas pekerjaanya petani yang juga bergantung pada lahan sawah dengan luas hamparan ratusan hektar. Lahan sawah inilah yang menghidupi ribuan kepala keluarga dan ribuan jiwa didalamnya, namun setiap kali turun sawah para Kepala Keluarga (KK) harus bertarung dengan derasnya arus air untuk membangun tanggul yang terbuat dari anyaman bambu melingkar seperti bubu besar dan nantinya di isi dengan batu secara bergotong royong. Anyaman bambu melingkar tersebut dinamai dengan bahasa daerahnya kengkerung batang, sekelas dengan bronjong yang terbuat dari anyaman kawat.
Melihat kekompakan dan sifat gotong royong yang bahu membahu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Tapi disisi lain terlihat sedih karena sudah sejak ratusan tahun yang lalu masyarakat setempat masih juga belum menemukan kata modern di bidang irigasi yang mana di daerah lain sudah mempunyai irigasi permanen bahkan bertaraf nasional dan internasional untuk mengalirkan air ke sawah.
Seperti kita tahu, isu pangan nasional sedang tidak baik saja bahkan global. Hal ini dibuktikan pada bahasan kepala negara yang hadir pada acara G20 di Bali satu bulan yang lalu. Namun mengapa pemerintah mengabaikan lahan ratusan hektar yang berada di Kecamatan Luas Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu luput dari perhatian khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Kaur bukankah hasilnya nanti bisa meringankan beban negara dan bisa mengatasi angka kemiskinan di Kabupaten Kaur. Bila masyarakatnya tidak kelaparan dan kengkerung batang bukan solusi untuk masyarakat sejahtera.
Kusam, kusut dan ceria itulah yang terpancar di raut para petani sawah hamparan Lubuk Ling saat membangun tanggul sederhana dengan harapan lahan sawah mereka bisa di aliri oleh air. Mereka menghibur antar sesama saat sedang bekerja dan istirahat dengan cara memperolok dan bermain air seperti bocah bermain di kolam renang terkadang mereka di tegor sama mandornya namun mereka tetap fokus agar pekerjaan itu selesai.
Tanggul kengkerung batang terkadang tidak bisa menahan debit air luas saat banjir, seperti kejadian banjir bandang tahun 2019 lalu di mana tanggul tersebut hancur dan rata terbawa arus. Dari itu petani sawah hamparan Lubuk Ling beralih ke tanaman jagung sampai sekarang, tanaman jagung bukan solusi yang tepat untuk mengatasi ketahanan pagan khususnya di Kecamatan Luas karena nasi adalah makanan pokok dari penduduk setempat.
Selasa 1 Desember 2022, petani Lubuk Ling sedang melangsungkan pembangunan tanggul yang di perkirakan selesai dua minggu kedepan. Tahun ini berbeda karena para petani di bantu oleh Babinsa dan Bhabinkamtibmas yang bertugas di wilayah tersebut juga dihadiri Camat Luas dan Kepala Desa Umbul serta Kepala Desa Durian Besar. Harapan petani kepada Pemerintah Daerah Kaur dan Pemerintah Provinsi Bengkulu dalam hal ini Dinas Pertanian serta Balai Sumatra Tujuh Bengkulu dapat membangun tanggul secara permanen. (SMI)