Riau, Lensa Nusantara – Banyak pembelajaran yang didapat dari sosok ulama rendah hati ini, tekun beribadah, ahli tasauf, tenang dan ikhlas, Buya Syech Sakaria Simpang, Pasaman Sumatra Barat ini sangat tawadhu sebagai Guru Mursid Tareqot Naqsabandi.
Buya yang rendah hati ini pernah berguru diberbagai daerah seperti Medan, Jambi dan berakhir di Pasaman dengan Syech Muhammad Ali, Parit Baru Simpang dan lebih kurang 10 kilo meter dari Kumpulan Bonjol, Padang.
Kerap dipanggil Angguik oleh banyak orang di kampungnya, selalu berjalan dengan didampingi sebuah tongkat ditangannya, jarang sekali menatap jauh kedepan, justru berjalan dengan pandangan ke bawah seperti runduknya padi berisi.
Guru Mursid penerus Ajaran Tarekoq Nagsabandi dari Maha gurunya Syech Muhamad Ali, membuat dirinya banyak dikenal orang hingga kesejumlah daerah khususnya wilayah Sumatra Barat.
Banyak karomah yang diberikan Allah SWT kepada nya, tetapi tak pernah ditunjukan kepada umum, karena menurutnya itu adalah anugrah taknperlu disombongkan, semua masyarakat tahu kelebihan itu.
Mengajari dan membimbing Suluk 40 Hari di surau adalah aktivitasnya, selain tempat berdiskusi dan banyak orang belajar pengetahuan agama, khususnya berkaitan dengan pembersihan hati menuju makrifat.
” Kami berguru, Buya ini tak pernah pelit dengan ilmunya,” kata slaah satu murid Buya inisial As, yang tidak mau disebutkan nama lengkapnya.
Ia mengatakan, cerminan kehidupan sehari – hari sosok ulama ini menjadi tauladan dan panutan, mungkin karena sudah sampai ketingkat Maqom Aulia hingga kesederhanaan nya justru dikenang banyak orang.
Semakin tinggi ilmunya, semakin rendah hati lah dirinya, kalau jumpa tidak banyak bercakap, menjawab apa yang ditanya saja, bahkan untuk berjumpa sangat sulit, di surau lah alternatif bila berniat menemuinya.
Buya dengan segudang ilmu ini, menjadi pencerah dikampung halamannya semasa hidup, namun sekarang banyak orang merasa kehilangan, beberapa tahun silam, Buya kerap panggilannya telah berpulang ke Rahmatullah.
Aprizal (47) warga Pasaman, bermukim di Riau mengatakan, banyak sekali ulama besar dari Pasaman, mereka semua seperti menyimpan karomah dan ilmunya, dibuka jika ditanya saja.
” Sosok Buya Syech Sakaria adalah salah satunya,” ujarnya.
Ratusan yang berguru, bertarekot dan bersuluk, itupun datang dari berbagai daerah di Sumatra.
Hingga setakat ini, sepeninggal Buya kebiasaan bersuluk tetap dilanjutkan di salah satu rumah ibadah di Parit Baru, Simpang, Pasaman Timur.
Suatu desa yang masyarakatnya dikenal sangat ramah, santun dan sangat agamais. (Asri)