Riau, Lensa Nusantara – Pengrajin batik di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau merasa sangat bangga karena hasil karya dan produksi sudah mulai menyapa Indonesia, disukai oleh masyarakat luas untuk berbagai tujuan, oleh – oleh tamu wisatawan ke Kuansing dan pakaian khusus sejumlah acara resmi.
” Peran serta Instansi pemerintah sangat di apresiasi, namun produksi, pengelolaannya harus lebih optimal,” kata salah satu Dosen Universitas Islam Kuantan Singingi IR Nariman Hadi MMA di Teluk Kuantan, Sabtu (20/6).
Dosen yang sangat mencintai produksi batik ini mengatakan, pengelolaan yang dimaksud misalnya produksi lebih besar, promosi luas, kualitas terjamin dan beragam corak serta warna yang menarik unik.
Pemerintah Kuansing juga bisa mengajak pihak swasta, perusahaan ikut memberikan kontribusi, karena kerajinan ini dapat mendongkrak ekonomi masyarakat, bisa mengundang wisatawan nasional dan manca negara.
” Sudah saatnya, produksi lokal memenuhi kebutuhan daerah lain,” sebutnya.
Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi ( Kuansing) selama ini sudah berbuat banyak, memberikan pelatihan kepada pengrajin, ikut mempromosikan batik kesejumlah daerah dan bahkan mengajak semua pihak memakai hasil karya anak negeri ini.
” Diakui bahwa anggaran untuk mengembangkan kerajian batik masih minim, kita berharap ada perhatian pemerintah pusat dan provinsi,” kata
Menurut Azhar, batik Kuansing telah dipergunakan untuk berbagai kegiatan resmi di pemerintahan setempat dan sekolah serta pada saat acara resepsi pernikahan dan kegiatan resmi.
Masyarakat sendiri sudah sangat mencintai produk lokal ini, buktinya ditandai dengan banyaknya warga yang memakai untuk berbagai kebutuhan misalnya baju, kain sarung, celana dan oleh – oleh buat tamu dan wisatawan.
Pemkab Kuansing pada tahun 2019, melalui Dinas Koperasi UKM Perdagangan dan Perindustrian (Kopdagrin), bekerjasama dengan Balai Diklat Industri Kementerian Perindustrian Sumatera Barat, melaksanakan pelatihan membatik sebanyak 70 orang generasi muda Kecamatan Gunung Toar.
” Ini bertujuan agar pengrajin lebih handal, mandiri, dapat menghasilkan batik berkualitas,” ujarnya.
Setakat ini, lanjut Azhar, bahwa di Kecamatan Gunung Toar sudah ada tiga kelompok pembatik, dan sudah mampu memproduksi berbagai motif, memenuhi kebutuhan pesanan pelanggan.
Gunung Toar justru sudah dijadikan wilayah pengembangan dan wisata batik di Kuansing, dan untuk lebih optimal maka tahun 2020, pengrajin kembali mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan membatik dengan peserta 70 orang.
” Namun, karena Pandemi Covid-19 kegiatan di tak bisa dilaksanakan,” tegasnya.
Kuansing sudah memproduksi 12 motif batik khas daerah, dari karya pengrajin di sejumlah kecamatan, ini sangat membanggakan, untuk itu marilah mencintai produk lokal ini. (Asri).