Jember, LENSANUSANTARA.CO.ID – Tendon achilles merupakan tendon terbesar dan terkuat di dalam tubuh manusia yang fungsinya digunakan untuk berjalan, berlari, dan melompat. Memiliki peranan penting bagi manusia dalam menjalankan aktivitasnya sehingga menyebabkan tendon achilles menanggung banyak tekanan.
Apabila seseorang melakukan aktivitas yang tinggi dan menggunakan tendon achilles, secara berlebihan dapat mengakibatkan bagian tendon tersebut robek, Rabu (26/7/2023).
Menurut dr. Nanang Hari Wibowo, Sp.OT, (K) menjelaskan, ruptur tendon achilles merupakan pecahnya atau terpisahnya serabut tendon diakibatkan karena tarikan yang melebihi kekuatan tendon. Insiden ruptur tendon achilles meningkat hingga 50% di negara maju. Robekan tendon achilles paling umum terjadi di negara-negara maju dengan prevalensi bervariasi dimana insiden tertinggi terjadi pada kelompok umur 30-39 tahun.
“Gangguan pada tendon achilles lebih umum terjadi di sebelah kiri dari pada sisi kanan. Ruptur tendon achilles paling banyak terjadi pada laki-laki dengan rasio antara laki-laki dan perempuan kira-kira 10:1,” ujar dr. Nanang Hari Wibowo, Sp.OT, (K) dalam pemaparan materinya.
Ditambahkan dr. Nanang, ruptur tendon achilles dapat dikaitkan dengan penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, gout, lupus eritematosus, rheumatoid arthritis, dan hiperparatiroid. Mikro trauma yang berulang juga merupakan faktor resiko terjadinya ruptur tendon achilles.
“Dalam penanganan pasien dengan gejala cedera tendon achilles, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan yaitu pemeriksaan fisik dan diagnostik. Pemeriksaan fisik dilakukan oleh dokter dengan cara meraba kaki pasien, dan meminta pasien menggerakkan kaki secara pelan untuk mengetahui lokasi pembengkakan dan rentang gerak penderita,” terangnya.
Sedangkan pemeriksaan penunjang dilakukan melalui USG ataupun MRI. Pemeriksaan USG umumnya dilakukan sebagai pemeriksaan dini dengan biaya yang relatif murah.
“Sehingga diperlukan pemeriksaan lebih mendetail mengenai cedera parsial, perubahan degeneratif otot, seberapa parah kerusakan otot, maka dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan MRI,” ungkapnya.
Menurutnya, terdapat dua metode untuk penanganan cedera tendon achilles yaitu pengobatan konservatif maupun operatif. Tindakan dengan konservatif sangat bervariasi, secara klasik menggunakan gips panjang di kaki dengan lutut tertekuk/fleksi dan tumit di equinus (selama 2-3 minggu), pemasangan gips pendek di kaki (selama 8 minggu). Pasien tidak boleh menumpu beban selama 6 minggu pertama.
“Perawatan bedah (operatif) akan dilakukan jika penanganan nonbedah tidak dapat mengobati cedera atau jika terjadi cedera tendon yang parah. Prosedur operasi melibatkan penyambungan kembali tendon atau penggunaan donor/graft tendon dari bagian tubuh lain untuk memperkuat area yang cedera. Pemulihan pasca operasi melibatkan imobilisasi dengan gips atau brace khusus yang memungkinkan tendon sembuh secara optimal,” tambahnya.
Oleh karena itu, pemulihan pasca operasi harus dilakukan dengan tujuan meningkatkan fleksibilitas, memperkuat otot di sekitar tendon, dan memperbaiki koordinasi gerakan yaitu dengan program rehabilitasi medik yang dilakukan oleh fisioterapis.
“Prosedur operasi dan perawatan pasca operasi dapat dilayani di Siloam Hospitals Jember. Sebagai rumah sakit yang memiliki layanan unggulan di bidang orthopedi dan trauma, Siloam Hospitals Jember dilengkapi dengan fasilitas dan layanan penunjang agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas khususnya terhadap masyarakat Jember,” pungkasnya. (dri).