Budaya

Tradisi Babarit Masih Melekat di Masyarakat Pangandaran.

×

Tradisi Babarit Masih Melekat di Masyarakat Pangandaran.

Sebarkan artikel ini
Ketua RT 05 Dusun Nagrak
Antusias warga dalam acara Babarit di Desa Karangsari, Padaherang, Pangandaran , Jum'at sore, 28/07/2023, (Foto : N.Nurhadi/LensaNusantara)

Pangandaran, LENSANUSANTARA.CO.ID – Dilaksanakannya Babarit merupakan acara ritual tahunan adat Suku Sunda. Sebagai tradisi leluhur, Babarit sering digelar pada bulan Dzulkaidah atau bulan Hapit (dan di daerah tertentu digelar di bulan Muharam), karena bulan-bulan tersebut mereka anggap sebagai bulan pailit, bulan yang serba sulit dan penuh bencana.

babarit biasanya dilaksanakan pada pagi atau sore hari Jumat Kliwon pada bulan Maulid atau Muharam. Sedangkan tempatnya dilaksanakannya biasanya di Keramat atau Petilasan atau kuburan leluhur, sebagai bagian dari rangkaian acara adat tahunan yang beberapa hari atau minggu sebelumnya telah diawali dengan acara Sedekah Ketupat pada hari tersebut.

Example 300x600

Seperti halnya di Dusun Nagrak Rt 05 Rw 03 Desa Karangsari Kabupaten Pangandaran warga masayarakat sekitar berbondong-bodong hadir kelokasi yang sudah di tentukan oleh Ketua Rt, mereka hadir untuk mengikuti acara Babarit, yang dilaksanakan pada hari Jum’at Kliwon sore pukul 17.30 WIB di jalan pertigaan Rt 05 Dusun Nagrak di depan Pos Ronda. Jum’at sore, (28/07/2023).

Acara tersebut di hadiri oleh warga lingkungan Rt 05 Rw 03 Dusun Nagrak yang berjumlah kurang lebih sekitar 40 orang, yang diketuai oleh Ketua Rt 05, Oco, hadir pula tokoh masayarakat dan tokoh agama.

Ketika ditemui dilokasi, Ketua Rt Oco mengatakan, kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap satu tahun sekali, sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan semua karunia ini kepada warga kami yang berupa rizqi, umur, kesehatan, dan sebagai bentuk silaturahmi sesama warga semoga semakin akrab dan makmur.

Sambung Oco, acara tersebut berjalan dengan aman, tertib, dan lancar, atas antusias dari masyarakat, teknis acara ini yaitu masyarakat dengan cara memasak sendiri dirumahnya.

“Sesudah memasak lalu dibawa ketempat yang sudah ditentukan, disana berkumpul bersama lalu oleh kasepuhan di ikrarkan dulu dengan membacakan do’a–do’a khusus untuk warga kami, sesudah itu makan bersama dengan warga,” terangnya.

Warga yang ikut dalam acara tesebut sangat antusias, seperti yang dialami oleh warga dusun Nagrak Rt 05 Rw 03 yang bernama Sapin ketika berkumpul bersama mengatakan. “Alhamdulillah acara ini dapat terselenggara sebagai bentuk rasa syukur terhadap Allah SWT, mudah-mudahan kita semua dihindarkan dari segala mara bahaya, dan hikmah semua itu kita bisa berkumpul dengan tetangga, kerabat, dan saling mencicipi makanan yang sudah di sediakan dan melaksanakan do’a bersama,” harapnya.

“Makanan tersebut sudah disediakan oleh masing-masing warga, seperti ada yang bawa makanan ringan, nasi putih, nasi tumpeng, nasi kuning, lepet, ubu-ubian, buah-buahan, bakakak ayam (bakar ayam), bakar ikan, pecel, urab, dan masih banyak jenis makanan lain pokoknya,“ ungkap Sapin.

Selanjutnya, acara ini merupakan bentuk syukur atas kesejahteraan desa atau kampung atas kecukupan berupa makanan dan minuman, dan memohon agar terbebas dari segala jenis bencana seperti gempa bumi, wabah penyakit, banjir, dan angin topan. (N.Nurhadi)

**) IIkuti berita terbaru Lensa Nusantara di Google News klik disini dan jangan lupa di follow.
error: Content is protected !!