Jember, LENSANUSANTARA.CO.ID – Tim Humas PKRS Rumah Sakit Daerah (RSD) Balung melaksanakan penyuluhan kesehatan dalam rangka memperingati Hari Epilepsi sedunia. Pada tahun ini Hari Epilepsi Sedunia jatuh pada tanggal 10 Februari 2025. Materi penyuluhan disampaikan oleh dr Renard Christian, Sp.N. Rabu (12/2/2025).
Humas RSUD Balung Jember Rangga A Akananta mengatakan, Penyakit epilepsi atau ayan adalah kondisi yang dapat menjadikan seseorang mengalami kejang secara berulang. Epilepsi bisa menyerang seseorang ketika terjadinya kerusakan atau perubahan di dalam otak. Di dalam otak manusia terdapat neuron atau sel-sel saraf yang merupakan bagian dari sistem sarah. Setiap sel saraf saling berkomunikasi menggunakan impuls listrik.
“Pada kasus epilepsi, kejang terjadi ketika impuls listrik tersebut dihasilkan secara berlebihan, sehingga menyebabkan perilaku atau gerakan tubuh yang tidak terkendali. Faktanya, epilepsi dapat terjadi oleh siapa saja. Penyakit ini bisa menyerang orang dari berbagai usia dan semua jenis kelamin,”ucapnya.
Menurut WHO, sekitar 50 juta orang di seluruh dunia menderita epilepsi, hal ini menjadikannya salah satu penyakit saraf paling umum di dunia.
Menurut Rangga, Epilepsi dapat mulai diidap pada usia kapan saja, umumnya kondisi ini terjadi sejak masa kanak-kanak. Berdasarkan penyebabnya, epilepsi dibagi dua.
- Epilepsi idiopatik, disebut juga sebagai epilepsi primer. Ini merupakan jenis epilepsi yang penyebabnya tidak diketahui. Sejumlah ahli menduga bahwa kondisi ini disebabkan oleh faktor genetik (keturunan).
- Epilepsi simptomatik, disebut juga epilepsi sekunder. Ini merupakan jenis epilepsi yang penyebabnya bisa diketahui. Sejumlah faktor, seperti luka berat di kepala, tumor otak, dan stroke diduga bisa menyebabkan epilepsi sekunder.
Selain penyebab di atas, terdapat beberapa penyebab lain di antaranya: - Gangguan kekebalan tubuh. Kondisi yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel otak atau yang disebut penyakit autoimun dapat menyebabkan epilepsi.
- Gangguan perkembangan. Kelainan lahir yang mempengaruhi otak sering menjadi penyebab epilepsi, terutama pada orang yang kejangnya tidak terkontrol dengan obat anti kejang.
Kejang berulang merupakan gejala utama epilepsi. Gejala yag sering terjadi antara lain :
- Mata yang terbuka saat kejang.
- Kejang tonik. Tubuh yang menjadi kaku selama beberapa detik. Ini bisa diikuti dengan gerakan-gerakan ritmis pada lengan dan kaki atau tidak sama sekali. Otot-otot pada tubuh terutama lengan, kaki, dan punggung berkedut.
- Kejang atonik, yaitu otot tubuh tiba-tiba menjadi rileks, sehingga pengidap bisa jatuh tanpa kendali.
- Kejang klonik, yaitu gerakan menyentak ritmis yang biasanya menyerang otot leher, wajah dan lengan.
- Terkadang, pengidap epilepsi mengeluarkan suara-suara atau berteriak saat mengalami kejang.
- Mengompol.
- Kesulitan bernapas atau beberapa saat, sehingga badan terlihat pucat atau bahkan membiru.
- Dalam beberapa kasus, kejang menyeluruh membuat pengidap benar-benar tidak sadarkan diri. Setelah sadar, pengidap terlihat bingung selama beberapa menit atau jam.
“Kamu perlu menghubungi dokter jika mengalami gejala-gejala epilepsi seperti. Kejang berlangsung lebih dari 5 menit, Pernapasan atau kesadaran tidak kembali setelah kejang berhenti, Kejang kedua berlangsung segera setelahnya, Demam tinggi, Kelelahan akibat panas, Sedang hamil, Memiliki diabetes, Melukai diri sendiri selama kejang, Tetap mengalami kejang meski sudah mengonsumsi obat kejang dan Mengalami kejang untuk pertama kalinya,”pungkasnya.