Sorong, LENSANUSANTARA.CO.ID – Instruktur nasional literasi baca tulis sekaligus fasilitator nasional pembelajaran terintegrasi literasi-numerasi, Mohammad Hairul, S.Pd., M.Pd., memberikan apresiasi tinggi terhadap budaya sekolah dan inovasi penguatan literasi di SMKN 3 Sorong. 18 Februari 2025
Hal ini disampaikan dalam wawancara eksklusif saat dirinya menjadi narasumber dalam workshop “Optimalisasi Peran Guru Bahasa dalam Penguatan Literasi Numerasi dan Budaya Sekolah” di SMKN 3 Sorong.
Saat ditemui pada sesi istirahat siang, Mohammad Hairul, yang juga kandidat doktor dalam bidang pembelajaran bahasa dan sastra, menyampaikan pandangannya terkait literasi religi yang diterapkan di SMKN 3 Sorong.
Menurutnya, program ini merupakan bentuk kepedulian sekolah dalam membangun karakter siswa serta menjaga harmoni di lingkungan pendidikan yang multikultural.
“Literasi religi yang dilakukan setiap hari di SMKN 3 Sorong adalah wujud kepekaan sekolah terhadap kondisi karakter siswa saat ini. Program ini juga mencerminkan kesadaran pentingnya merawat harmoni dalam lingkungan sekolah yang beragam,” ujar Hairul.
Literasi religi di SMKN 3 Sorong diwujudkan dalam aktivitas membaca kitab suci sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing siswa. Kegiatan ini dilakukan dalam kelompok yang dibimbing oleh guru sesuai agama yang dianut. Selain membaca kitab suci, siswa juga diajak untuk memahami makna yang terkandung dalam bacaan serta menyampaikan kembali dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Tak hanya literasi religi, Mohammad Hairul juga mengapresiasi budaya sekolah “SIRIH”, sebuah akronim dari Sehat, Indah, Rapi, dan Harmoni. Program ini diwujudkan dalam berbagai kegiatan seperti senam bersama, kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah, merapikan ruang kelas, serta sosialisasi tentang pentingnya gaya hidup sehat dan peduli lingkungan.
Program “SIRIH” ini dilakukan secara rutin setiap hari Jumat, melibatkan seluruh siswa dan guru dalam menjaga kebersihan dan keharmonisan lingkungan sekolah.
“Budaya sekolah seperti ‘SIRIH’ merupakan contoh konkret bagaimana sekolah bisa menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan karakter siswa. Kegiatan ini tidak hanya membangun kebersihan fisik, tetapi juga membentuk kesadaran kolektif tentang pentingnya hidup sehat dan harmonis,” tambahnya.
Kepala SMKN 3 Sorong, Umar Singgih, S.Pd., juga turut menyampaikan pandangannya mengenai program ini. Menurutnya, budaya sekolah dan program literasi yang diterapkan dirancang berdasarkan pemahaman mendalam atas kondisi SMKN 3 Sorong.
“Kami bersama seluruh warga sekolah merancang upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi sekolah agar menjadi lebih baik dan relevan. Program literasi religi serta budaya sekolah seperti ‘SIRIH’ lahir dari kebutuhan nyata yang ada di lingkungan kami,” ujar Umar Singgih.
Umar Singgih juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas berbagai inspirasi dan masukan yang diberikan oleh narasumber untuk kemajuan SMKN 3 Sorong ke depannya.
Dengan berbagai program inovatif ini, SMKN 3 Sorong menunjukkan komitmennya dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada akademik, tetapi juga pembangunan karakter dan budaya sekolah yang positif. Harapannya, inisiatif ini dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain di Indonesia.